Masyarakat Asli Gusuran Cilegon Berkumpul di Pesisir Tanjung Peni, Ini Sebabnya!

CILEGON – Dalam rangka memperingati Hari Pahlawan yang jatuh pada tanggal 10 November, Persatuan Masyarakat Asli Gusuran (PMAG) Kota Cilegon mengadakan Komunikasi Rekan Sejawat (Konres) pada hari Minggu (5/11/2017) di Pesisir Tanjung Peni.

Acara yang turut dihadiri oleh puluhan pengurus, pemuda serta perwakilan beberapa lembaga Ormas dan LSM ini terkesan membumi dengan berkumpul bersama di pesisir dan hutan bakau, yang dulunya merupakan perkampungan para leluhur Cilegon.

“Ini acara syukuran Komunikasi Rekan Sejawat (Konres), sebenarnya ini kegiatan rutin PMAG se Kota Cilegon sekaligus evaluasi kegiatan. Kita adakan di pesisir Tanjung Peni ini sekaligus untuk memperingati hari pahlawan, karena leluhur kita juga pahlawan karena rela pindah kampung untuk negara untuk membangun pabrik Trikora Krakatau Steel,” terang Ketua PMAG, Ustadz Sunardi, kepada faktabanten.co.id, Minggu (5/11/2017) sore.

Lebih lanjut, PMAG yang beranggotakan 7000 warga Cilegon ini berharap kepada pihak industri khususnya Krakatau Steel untuk bisa menjadikan fungsi lahan tetap produktif bagi warga Cilegon.

Selain itu Ustadz Sunardi yang menjadi inisiator pendirian PMAG pada tahun 2011 silam ini juga menceritakan histori awal-awal berdirinya KS.

DPRD Cilegon Anti Korupsi

“Total anggota kita 7000, kita ingin pihak industri, khususnya KS, mengambalikan fungsi lahan tetep menjadi produktif untuk Pertanian dan Nelayan yang cakupan utamanya di wilayah Citangkil.
Harusnya mereka ingat, pada tahun 1956 saat kerjasama Indonesia dan Rusia di Desa Ramanuju pada pencanangan awal Trikora dengan anggaran 1000 juta miliar dengan luas tanah hanya 600 Ha, lalu ada perluasan dengan acuan PP 35 tahun 1970 sekaligus mengganti nama dari Tikora menjadi KS. Kalau awal peletakan batu pertama Trikora Mei 1962,” ungkapnya.

Secara tegas Ustad Sunardi juga memaparkan lokasi perkampungan pesisir yang warganya berprofesi sebagai Petani dan Nelayan.

“Dulu ada 49 kampung yang digusur untuk KS. yang menjadikan lahan agraris menjadi industri manufaktur. Dan ingat, dulu warga yang tergusur itu berprofesi 70% Petani dan 30% Nelayan, yang tidak terserap (bekerja) oleh KS.
Maka, kita minta kepada industri khususnya KS, untuk menjadikan lahan yang subur tetap subur dan produktif, Petani tetap bisa bertani, Nelayan bisa tetap melaut,” tegasnya.

Di akhir wawancara, ustadz Sunardi berpesan kepada pihak Industri, Pemkot Cilegon dan khalayak umum terkait makna sederhana dari hari pahlawan.

“Ketika laut dan sungai cukup banyak ikannya, setelah ada industri pun harus tetep subur. Dan seharusnya mereka tidak terus mengembangkan industri, hargai juga profesi dan kearifan lokal yang ada. Dan kembali pada tema Hari Pahlawan, kita, industri, pemerintah dan semua elemen masyarakat juga harus berjiwa pahlawan dalam arti sederhana saja, membantu sesama setidaknya mau membatu tetangga sebelah rumah,” pungkasnya. (*/Ilung)

KS Anti Korupsi
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien