Nasib Penderes Gula di Tengah Serbuan Industri

Hut bhayangkara
CILEGON – Kurtubi (50) warga Link Cipondoy RT 02 RW 05, Kelurahan Randakari, Kecamatan Ciwandan adalah salah satu dari lima penderes petani gula yang masih bertahan.
Dengan alat sederhana, Kurtubi tetap eksis membuat gula dan tidak terpengaruh dengan dunia industri, padahal di lingkungannya tersebut banyak berdiri perusahaan berskala Nasional dan Internasional.
Setiap jam enam pagi, dengan membawa jeriken bekas oli dan golok, Ia langsung memanjat pohon kelapa yang tumbuh di samping rumahnya.
Walaupun hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari, Kurtubi ikhlas menjalankan usaha ini semenjak dirinya masih bujangan hingga mempunyai anak tiga, dan semuanya anaknya saat ini sudah beranjak dewasa.
“Yah harus usaha apa lagi, yang saya bisa ya hanya ini sebagai pembuat gula kelapa, walaupun hasilnya hanya cukup buat makan dan anak sekolah, saya ikhlas menjalankan semua ini,” ujar Kurtubi saat membuat gula di gubuk belakang rumahnya, Sabtu (11/8/2018).
Kurtubi saat membuat gula kelapa di rumahnya
DPRD Pandeglang
Setiap hari, lanjutnya, rutinitas ini dilakukan dengan ditemani istri tercinta, tidak ada satu katapun yang terlontar berupa kata mengeluh dari mulutnya. Ia selalu bersyukur kepada Allah atas rahmatnya selama ini.
Loading...
“Setiap hari saya produksi paling banyak 100 buah gula, itupun kalau hasil dari sadapan itu banyak, tapi kalau hasil sadapannya sedikit, paling banter juga 50 buah. Untuk setiap satu buah saya jual ke pengepul 2000 perak perbuah,” ujarnya.
Masih kata Kurtubi, gula kelapa buatannya akan banyak permintaan ketika jelang lebaran dan hari – hari besar keagamaan, dan yang paling sedih ketika musim kemarau.
“Kalau musim kemarau saya sedikit sedih, karena kalau musim kemarau sadapan air dari mancung kelapa berkurang, namun saya selalu bersyukur karena ini juga rizki dari Allah,” ujarnya.
Sementara Lurah Randakari, Kecamatan Ciwandan, Suimah, mengakui kalau warga yang berada di wilayah kerjanya ada yang berprofesi sebagai penderes gula kelapa, dan semuanya masih dilakukan dengan cara tradisional.
“Di daerah Cipondoy itu dulu sebagai sentra penghasil gula kelapa, seiring zaman, para penderes gula banyak yang berganti profesi bekerja di pabrik, dari data yang ada hanya ada lima orang yang masih bertahan untuk membuat gula merah kelapa,” urainya.
Untuk melestarikan hasil gula merah kelapa, pihak Pemerintah Kelurahan selalu berupaya membantu pemasaran seperti ketika ada event-event seperti HUT Kota Cilegon selalu menampilkan gula kelapa hasil produksi dari Cipondoy ini.
“Kami selalu berupaya menampilkan hasil gula merah kelapa di event – event seperti HUT Kota Cilegon, kami juga terus memberikan motivasi kepada penderes gula kelapa ini agar jangan sampai tergerus zaman dan dapat terus bertahan walaupun harus bersaing dengan gula kelapa dari daerah lain,” tutupnya. (*/Red)
[socialpoll id=”2513964″]
Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien