Nelayan Tanjung Leneng Ciwandan Kerap Diusir Saat Melaut

Sankyu

CILEGON – Nelayan Tanjung Leneng yang berada di Kelurahan Kepuh, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, kerap mengeluh dikarenakan akses tempat untuk mencari ikan di perairan Selat Sunda yang kini semakin dipersempit.

Mereka selalu mengeluh ketika diusir oleh pihak keamanan pelabuhan saat mencari ikan dengan memancing di beberapa titik yang tidak jauh dari lokasi Tanjung Leneng.

Selain itu, buruknya kualitas air laut akibat pencemaran dari limbah cair pabrik di sekitar Ciwandan juga memperburuk keadaan, sehingga pendapatan ikan oleh para nelayan makin menurun drastis.

Dikatakan Ishak Mangku, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kecamatan Ciwandan, turunnya angka penangkapan ikan oleh nelayan dirasakan sejak 10 tahun silam.

Menurutnya terdapat beberapa faktor, mulai dari banyaknya limbah pabrik yang dibuang ke laut hingga akses nelayan yang semakin dipersulit.

“Dulu, yang namanya ikan melimpah, di sekitar Jublin itu cukup kita bawa belarak (daun kelapa kering-red) dibakar, itu ikan-ikan pada ngumpul. Sampai, kita bingung, mau dijual juga kebanyakan, dimasak juga kebanyakan, mau dibagiin ke warga mereka sudah kebagian, itu saking melimpahnya,” katanya, saat ditemui di Tanjung Leneng, Sabtu (23/12//2017).

Sekda ramadhan

Ishak menilai, penurunan pendapatan nelayan saat ini mencapai 70% dibandingkan 10 tahun silam. Sehingga menyebabkan, mata pencaharian nelayan berkurang.

Selain limbah pabrik, Nelayan Tanjung Leneng kerap diusir oleh pihak keamanan Pelabuhan. Terdapat 2 Pelabuhan di perairan Ciwandan, seperti Pelabuhan PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) dan PT Pelindo II Banten, yang dulunya diketahui tempat primadona mencari ikan bagi nelayan Tanjung Leneng.

“Di lokasi itu, tempat berkumpulnya para ikan-ikan, di titik itu masih melimpah ikannya, ya mau tidak mau kita nyari kesana. Nggak lama pasti muncul pihak keamanan Pelabuhan. Eh, langsung ngusir nelayan yang sedang nyari ikan. Padahal, disini kami dulu (nelayan-red), bukan mereka (pelabuhan-red). Kalau kayak begini kita mau gimana?,” keluhnya dengan wajah kesal.

Saat ditanya lebih lanjut mengenai pencarian ikan ke perairan yang lebih jauh, ia menambahkan, bahwa kondisi perahu tidak memungkinkan para nelayan untuk memancing lebih jauh dari Tanjung Leneng.

“Kondisi perahu kita ini nggak memungkinkan, mesinnya banyak yang enggak sehat, perahunya juga kecil, kalau ke tengah, kena ombak dan airnya ke mesin, pasti mesinnya mati. Kalau ombaknya gede, kita berada di tengah laut dengan kondisi mesin mati kan membahayakan,” katanya, sambil menunjuk temannya yang mati mesinnya di tengah laut tadi pagi.

Saat ditanya peran pemerintah, Nelayan Tanjung Leneng merasa belum mendapatkan perhatian, seperti tidak adanya bantuan kapal maupun mesin kapal dari pemerintah maupun pihak Industri sebagai kompensasi kepada nelayan.

“Belum ada, belum ada bantuan sama sekali, ini juga kita beli mesinnya kadang bekas, karena yang baru lumayan mahal. Saat ini sih seadanya aja. Kita mancing sedapetnya, tapi akhir-akhir ini emang ikan menurun drastis banget kang,” ungkapnya. (*/Cholis)

Honda