Ramai Spanduk Perubahan, Mumu: Ini Pencerahan untuk Masyarakat Cilegon

CILEGON – Mulai beredarnya gambar-gambar sosialisasi pasangan bakal calon walikota dan wakil walikota Cilegon dari jalur independen Ali Mujahidin-Lian Firman, yang memuat jargon-jargon politik, mulai mendapat sorotan dari sejumlah kalangan.

Slogan dan jargon pasangan independen tersebut yang mengusung isu perubahan dan gerakan anti korupsi di Kota Cilegon, dinilai sebagai bentuk serangan serius kepada kubu bakal calon petahana yakni Ratu Ati Marliati.

Isi tulisan pada spanduk yang bergambar wajah Ali Mujahidin – Firman tersebut, dinilai bisa menyinggung pihak atau bakal calon lainnya, khususnya Ratu Ati yang merupakan keluarga dari dua mantan Walikota Cilegon sebelumnya yang terjerat kasus korupsi.

Seperti yang diungkapkan oleh Netizen di Medsos Facebook dengan akun @Pauri Samal beberapa hari yang lalu, berikut ini:

“Ada 4 Slogan, yang mana menurut anda; cita-cita dan pemberitahuan. Ada 4 Slogan yang menurut anda berpotensi membuat orang tersinggung atau marah,” tulisnya.

Saat dimintai tanggapannya, bakal calon Walikota Cilegon, Ali Mujahidin, menyatakan tulisan dalam spanduk tersebut untuk menyampaikan pencerahan terhadap masyarakat Cilegon.

“Kita kan ingin menyampaikan sesuatu yang terang, semua masalah timbulnya kan dari itu, dari hal itu. Jadi demokrasi yang dikemas tapi seolah-olah dibangun dinasty politik. Kalau menurut istilah Amin Rais itu power and corrupt. Maka kita kembali kepada akar masalahnya,” ujarnya melalui saluran telepon, Rabu (5/2/2020).

Pria yang akrab disapa Haji Mumu ini juga menegaskan pihaknya tidak bermaksud untuk menyinggung pihak mana pun dalam isi tulisan-tulisan jargon pada alat peraga sosialisasi yang tersebut.

“Kita tidak ada niat menyinggung siapa pun. Adapun pihak yang tersinggung mungkin merasa ya bukan salah kita. Sejak 20 tahun Kota Cilegon berdiri, ternyata semua akar masalahnya itu,” tegasnya.

Dalam hal ini, Haji Mumu juga menyebutkan berbagai persoalan yang ada di Kota Cilegon dalam kurun waktu dua dekade. Dan dengan jargon perubahan berupaya membawa Kota Cilegon yang lebih baik ke depan.

“Soal pengangguran berangkat dari situ, persoalan lingkungan berangkat dari situ, pembangunan fisik dengan kualitas yang masih patut dipertanyakan akarnya dari itu. Jadi kita mengangkat akar masalahnya di Cilegon ini,” katanya.

“Jadi ini riil apa yang kita sampaikan itu fakta, dan bahasa umum. Oleh karenanya akar masalah yang mungkin semua masyarakat tahu, harus dihentikan. Gak boleh korupsi dianggap hal yang biasa,” tandasnya. (*/Ilung)

Honda