Sulit Air Bersih, Warga Ciwandan Cuci Baju di Sungai Keruh

Lazisku

CILEGON – Warga Link Karet RT 09, RW 02, Kelurahan Kepuh, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon mengaku sangat sulit memperoleh air bersih untuk keperluan cuci baju dan mandi.

Untuk memperolehnya, warga harus berjalan sejauh 500 meter ke sungai Wareng.

Ironisnya hal ini sudah dilakukan warga selama 10 tahun dan belum ada satupun bantuan dari pihak industri maupun Pemerintah Kota Cilegon.

Ks

Dari pantauan Faktabanten, setiap pagi dan sore hari warga mengantri untuk melakukan mandi dan mencuci pakaian, sedangkan kondisi air sungai keruh alias butek. Namun warga tetap saja melakukan aktivitas di sungai itu setiap hari tampa memperdulikan kesehatan padahal di wilayah itu di kelilingi oleh Industri berskala internasional.

Ida Farida (32) salah satu warga link Karet, Kelurahan Kepuh, Kecamatan Ciwandan mengaku sulitnya air bersih ini sudah berlangsung cukup lama yakni 10 tahun dan berharap Pemerintah Kota Cilegon secepatnya memberikan bantuan sumur pompa kepada warga link Karet.

“Kejadian seperti ini sudah lama pak, kurang lebih 10 tahun berjalan warga untuk mencuci baju dan mandi dan belum ada bantuan dari pihak industri maupun Pemerintah Kota dan berharap bantuan sumur pompa secepatnya diberikan,” katanya. Sabtu (29/6).

dprd pdg

Masiyah (35) warga setempat juga mengharapkan hal yang sama yakni ingin secepatnya pemerintah Kota Cilegon memberikan bantuan sumur pompa sehingga nantinya warga tidak mesti ke sungai untuk mencuci dan mandi.

“Harapan saya warga link Karet diperhatikan dan diberikan bantuan sumur pompa, sehingga nantinya warga untuk cuci dan mandi tidak ke sungai Wareng,” katanya.

Sementara itu Maryani Syarif selaku Tokoh Pemuda dan sekaligus Ketua Karang Taruna Kelurahan Kepuh mengatakan, kebiasaan warga yang mandi dan mencuci baju dilakukan di sungai Wareng ini sudah berlangsung lama mengingat untuk membuat sumur pompa harus mengeluarkan uang sebesar Rp. 30 juta.

“Di lingkungan Karet ini daerah dataran tinggi jadi untuk membuat sumur pompa setiap KK harus mengeluarkan kocek sebesar Rp. 30 juta dan itupun belum tentu keluar air. Jadi hal ini perlu adanya bantuan dari pihak pemerintah maupun pihak industri yang peduli kepada warga link Karet,” katanya.

Memang lanjutnya keinginan warga untuk membuat sumur pompa itu kuat namun karena kendala keuangan dengan sangat terpaksa warga untuk mandi dan cuci baju harus bergantian di sungai itu.

“Warga yang menempati link Karet itu berjumlah 25 Kepala Keluarga setiap pagi dan sore hari harus mengantri untuk mandi dan mencuci baju, walaupun air sungai itu Keruh dengan sangat terpaksa hal itu dilakukan,” tukasnya. (*/Ilung)

Dprs banten
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien