Tak Kunjung Rampung, Proyek Blast Furnace PT KS Malah Kembali Bermasalah

CILEGON – Proyek blast furnace PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang mulai dicanangkan pembangunannya sejak 9 Juli 2012 lalu, hingga kini ternyata belum kunjung rampung.

Padahal Direktur Utama PT KS, Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, pada awal Februari 2018 lalu, sempat menegaskan bahwa dirinya telah meminta kepada konsorsium kontraktor untuk segera menyelesaikan pembangunan blast furnace ini pada Maret, dan diharapkan mulai April 2018 sudah bisa mulai dioperasikan.

Namun faktanya, proses peniupan tungku (first blow in) blast furnace hingga kini masih terkendala, dan belum ada agenda resmi yang dijadwalkan oleh pabrik baja pelat merah itu untuk kapan dimulainya operasional pabrik.

Namun kabar terbaru soal progress pabrik baru Krakatau Steel ini malah mengisyaratkan pesimisme.

Pasalnya ternyata pada Senin (26/3/2018) kemarin, diketahui telah terjadi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh insiden ambruknya BIN Transfer Station F.1 pada jalur balik material eks sinter plant dan coke oven plant di proyek blast furnace tersebut.

Peristiwa ambruknya salah satu elemen pendukung pabrik blast furnace ini terjadi pada pukul 15.25 WIB, yang menimpa 8 orang pekerja hingga menyebabkan luka-luka.

Dikabarkan, ada 8 pekerja saat itu sedang melakukan perbaikan konstruksi penyangga conveyor. Saat itu juga tengah berlangsung distribusi material biji besi menuju blast furnace melalui conveyor. Diduga tak kuat menopang beban volume biji besi, akibatnya conveyor ambruk dan menimpa para pekerja.

Bagaimana kasus ini apakah akan mempengaruhi progress penyelesaian proyek ini? Atau mungkin ada kegagalan konstruksi yang kembali terjadi sehingga proyek yang sudah berjalan sejak 2012 ini harus kembali mundur?

Saat dikonfirmasi, Corporate Secretary PT KS, Suriadi Arif, menegaskan bahwa peristiwa ini tidak akan mengganggu progress penyelesaian proyek blast furnace.

“Perlu kami sampaikan bahwa kejadian ini tidak mengganggu proses produksi maupun
penyelesaian proyek di Blast Furnace Complex secara keseluruhan, karena transfer station F1 bukan jalur utama proses produksi melainkan untuk jalur return material dari sinter plant ke open storage,” jelas Suriadi Arif melalui pesan whatsapp, Selasa (27/3/2018).

Hingga saat ini, PT KS bersama kontraktor masih melakukan investigasi teknis untuk mengetahui penyebab terjadinya peristiwa tersebut.

“Selanjutnya mitigasi risiko terus kami lakukan untuk keseluruhan proyek, dengan harapan bahwa kejadian serupa tidak akan terulang kembali di masa yang akan
datang,” tegas Suriadi Arif.

Terkait kecelakaan kerja, para pekerja hanya mengalami luka ringan dan telah tertangani secara medis dengan baik.

“Pekerja mengalami luka-luka ringan dan setelah ditangani oleh IGD RS Krakatau Medika pada hari itu juga, para korban sudah diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing,” pungkasnya.

Lalu bagaimana Krakatau Steel akan kembali menargetkan proyek berkapasitas 1,2 juta ton per tahun ini, kapan dipastikan akan rampung dan mulai berproduksi?

Sementara diketahui dalam pembangunan proyek BF ini, KS dibantu oleh konsorsium yang dikoordinatori oleh MCC-CERI dari China, Seidin sebagai sub kontraktor yang merupakan desainer ternama di China, PT Krakatau Engineering, serta melibatkan konsultan Bao Steel. (*/Red)

Honda