Warga Banten Harus Bangga Punya Syeikh Nawawi

Dprd ied

CILEGON – Sudah selayaknya bagi warga Banten untuk bangga dan mengagumi sosok Syeikh Nawawi Al Bantani yang dapat mengharumkan nama Banten dan Indonesia hingga ke mancanegara dengan karya dan dedikasi dalam dunia pendidikan agama. Tidak hanya Banten, tapi masyarakat Indonesia, harus bangga terhadap kemasyhuran dari Syeikh Nawawi Al Bantani ini.

Banyak kitab kuning karangan beliau yang dipelajari di Pondok Pesantren (Ponpes) di Nusantara hingga saat ini. Tidak kurang dari 115 kitab sudah beliau tulis dalam bidang keilmuan seperti ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir dan juga hadits. Hal inilah yang membuat Syeikh Nawawi dijuluki oleh kalangan ulama di tanah air sebagai Bapak Kitab Kuning Nusantara.

Namun masih tidak sedikit orang Banten sendiri yang mungkin belum mengetahui beberapa ulama besar di tanah air seperti pendiri Nahdlotul Ulama Syeikh Hasyim Asyari dan pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan dahulunya adalah murid dari Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani.

Mungkin karena sumber informasi yang kurang sehingga warga Banten sendiri belum mengetahuinya. Dan tidak sedikit warga Banten yang baru mengetahui sosok Syeikh Nawawi ketika ia mempelajari kitab kuning karangannya. Seperti diakui oleh Feri Firdaus warga Cilegon yang merupakan Alumnus Ponpes Tebuireng, Jombang- Jawa Timur.

“Saya tahunya saat berada di Jawa Timur saat belajar kitab tulisan beliau di Ponpes Tebuireng. Sebagai orang Banten, kita harus bangga memiliki tokoh kharismatik seperti beliau, dan saya berharap semua orang Banten juga bisa mengenal beliau lebih dalam,” ujarnya kepada faktabanten.co.id, Selasa (26/12/2017).

Bahkan kemasyhuran Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani atau disebut juga dengan Syeikh Nawawi Al-Bantani Al-Jawi lahir di Kampung Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten (sekarang Desa Pedaleman, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, Banten) pada tahun 1230 H atau 1815 M. Lahir dengan nama Abu Abdul Muti Muhmmad Nawawi bin Umar bin Arabi ini, poluler dibeberapa Ponpes besar lainnya.

“Warga Banten tentu harus bangga mempunyai sosok karishmatik seperti Syeikh Nawawi ini, banyak kitab-kitab kuning beliau yang dipelajari di Ponpes-ponpes besar di Jawa Timur. Bahkan dengan karya-karyanya membawa harum nama Banten dan Nusantata sampai ke Timur Tengah,” terang Mamat Rahmatullah, warga Cilegon Alumnus Ponpes Lirboyo Kediri ini.

Secara nasab, Syeikh Nawawi merupakan keturunan ke 12 dari Sultan Banten, Maulana Hasanudin putera Sunan Gunung Djati. Jika ditelisik lebih jauh, nasabnya sampai kepada Baginda Nabi Muhammad SAW.

dprd tangsel

*Riwayat dan salah satu Karomahnya*

Syeikh Nawawi wafat di usia 84 tahun tanggal 25 Syawal 1314 H/1897M. Setelah wafat Syekh Nawawi dikuburkan di daerah bernama Ma’la yang berjarak kurang lebih 2 km dari Masjidil Haram.

Sesuai peraturan di Arab Saudi, siapapun orangnya setelah 1 tahun meninggal, kuburannya akan dibongkar dan kemudian tulang belulangnya diambil dan dikuburkan di luar kota disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya.

Saat itu, setelah Syeikh Nawawi wafat, pemerintah Saudi hendak memindahkan tulang belulangnya. Namun karomah Syeikh Nawawi masih melekat hingga akhir hayatnya, petugas tidak menemukan tulang belulang melainkan jasad utuh beserta kain kafannya yang tidak lecet sedikit pun.

Melihat kondisi itu, pemerintah Arab Saudi mengambil langkah strategis dengan menguburkannya di tempat semula. Setelah diteliti ternyata makam tersebut bukan makan orang sembarangan melainkan makam Syeikh Nawawi Al-Bantani.

Hanya ada foto Syeikh Nawawi tergantung di tempat peziarahan. Saat ini, makam Syekh Nawawi terawat dengan baik di Ma’la, Mekkah Saudi Arabia.

Makam Syeikh Nawawi terlihat istimewa karena terpisah dari makam yang lain. Hanya ada batu kecil menandai makam ulama besar Indonesia satu ini.

Menurut informasi, perempuan dilarang masuk ke area makam Syekh Nawawi. Setiap waktunya selalu dijaga oleh pihak keamanan setempat. Jamaah lelaki bisa berkunjung dan akan diantarkan sekaligus dikawal oleh pihak keamanan.

Mudah-mudahan suatu saat nanti kita bisa berziarah ke sana, terutama ke makam Baginda Rasulullah SAW. Amiin.
Wallaahu A’lam. (*/Ilung)

Golkat ied