Banten Masuk 9 Besar Produsen Beras Nasional? Ini Penjelasannya
SERANG – Nilai produktivitas sektor pertanian dan peternakan di Banten mengalami kenaikan meskipun dalam dua tahun terakhir tengah dihadapkan pada persoalan Pandemi Covid-19.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengembangan sektor pertanian dan peternakan itu adalah mengarahkan pada swasembada pangan berkelanjutan.
Hal ini dilakukan untuk memenuhi pangan lokal maupun nasional dengan mengurangi impor komoditas strategis dan mengusahakan ekspor komoditas unggulan guna mensejahterakan petani serta menambah pendapatan negara.
Untuk mewujudkan itu, Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten merumuskan terobosan strategi ketahanan pangan dengan penguatan komoditas unggulan yang harus memenuhi empat pilar.
Kepala Distan Provinsi Banten, Agus Tauchid mengungkapkan, empat pilar itu yakni diantaranya berdaya saing tinggi, mendapatkan dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) dan Pusat atau terdesentralisasi, berkerakyatan.
“Dan yang keempat harus berkelanjutan, karena sebuah sistem akan bisa berjalan manakala hulu mampu mensuplay hilir dan hilir mampu menarik hulu,” ujarnya dalam keterangan tertulis, pada Rabu, 12 Januari 2022.
Agus menyebut, empat pilar ini diimplementasikan dalam empat sub sektor yang sangat menentukan tingkat kesejahteraan petani di Provinsi Banten.
“Yakni tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan hortikultura,” sebutnya.
“Pada sub sektor tanaman pangan padi dan jagung adalah komoditas yang mampu memenuhi empat pilar sistem agribisnis, melalui transformasi bidang pertanian yang tertuang dalam RPJMD 2017-2022. Produksi tanaman pangan beras kita pada tahun 2020 sudah mencapai 937.815 ton dan peringkat 9 nasional,” tambah dia.
Dikatakan Agus, bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur Banten juga memastikan tidak ada lagi penjualan gabah yang keluar Banten.
“Hal itu dilakukan agar nilai tambah hasil panen betul-betul dinikmati para petani,” katanya.
Untuk itu pihaknya melakukan upaya transpormasi dalam bidang ini dengan upaya membentuk BUMD pangan.
“Sehingga petani di Provinsi Banten mempunyai jaminan penyerapan hasil panen meminimalisir mengalirnya gabah keluar Provinsi Banten,” katanya.
“Melalui BUMD Agribisnis Banten Mandiri (ABM) diharapkan bisa menjadi afalis penjamin petani selain Bulog,” tambah dia melanjutkan.
Luas lahan sawah itu tersebar di Kabupaten Pandeglang dengan luas 52,64 ribu hektar atau sekitar 25,52 persen dari total sawah di Provinsi Banten.
Selanjutnya, diikuti Kabupaten lebak dengan luas sawah sebesar 51,30 ribu hektar atau 25,84 persen, dan di posisi ketiga luas sawah di Kabupaten Serang sebesar 48,12 ribu hektar atau 24,24 persen.
Sementara itu, luas sawah terkecil berada di Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang dengan luas masing-masing sebesar 10 hektar dan 351 hektar.
“Kalau untuk penambahan luas lahan persawahan tidak ada, tapi kalau pengurangan pasti ada, seperti karena terdampak Proyek Strategis Nasional (PSN) tol Serang-Panimbang. Karena itu PSN, kami tidak mempunyai kebijakan, semuanya dari pusat tentunya dengan mempertimbangkan berbagai hal,” ungkapnya.
Sedangkan untuk produksi padinya, lanjut Agus, berdasarkan data dari BPS Provinsi Banten selama tahun 2020 mencapai 325,33ribu hektar.
Luas panen tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebesar 80,73 ribu hektar, sementara luas panen terendah terjadi pada bulan Januari dengan luas panen sebesar 2,99 ribu hektar.
Bila dilihat dari distribusi luas panen padi di Banten, maka luas panen terbesar di Kabupaten Serang dengan luas panen sebesar 82,39 ribu hektar diikuti Kabupaten Lebak sebesar 81,41 ribu hektar, dan Kabupaten Pandeglang sebesar 82,11 ribu hektar. Sementara luas panen terendah di Kota Tangerang Selatan sebesar 1 hektar.
Kemudian, untuk produksi Padi di Banten dari Januari hingga Desember 2020 sebesar 1,65 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Produksi tertinggi terjadi pada bulan April yaitu sebesar 429,75 ribu ton, sementara produksi terendah pada bulan Desember yaitu sebesar 15,83 ribu ton.
Produksi padi di Banten tahun 2020 jika dikonversikan menjadi beras dengan angka konversi GKG ke beras tahun 2020 setara dengan 937,82 ribu ton beras. (*/Faqih)