Jebret! Memanah ‘Babi Hutan’ Berhadiah Piala dan Uang di Tigaraksa Tangerang, Diselingi Takbir dan Shalawat Nabi
TANGERANG – Turnamen Panahan Tradisional atau Horsebow Archery bertajuk Panahan Sedulur Banten (PSB) 5 sukses digelar di Lapangan Kompleks Perumahan Mustika Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Minggu (20/3/2022).
Kompetisi rutin tahunan di Provinsi Banten ini diikuti lebih dari 200 peserta dari berbagai daerah, diantaranya yang tergabung dari sekitar 17 klub Panahan Tradisional di Banten.
Pantauan wartawan, event unik ini berlangsung sejak pagi-pagi sekali. Ketika matahari pagi yang cerah baru saja mulai naik dari ufuk timur, ratusan peserta nampak sudah berkumpul di lapangan tanah yang merupakan aset fasos fasum masyarakat Kompleks Perumahan Mustika Tigaraksa itu.
Seruan yang diikuti dengan bunyi peluit itu menandai dimulainya anak panah yang meluncur dari busur para peserta. Jebret, Jebret, dan sesekali diiringi pekikan takbir serta shalawat nabi. Allahu Akbar, Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad.
Satu per satu anak panah melesat dari busur tradisional para pemanah. Disebut tradisional, salah satunya karena peralatan olahraga itu yakni berupa busur dan arrow (anak panah) menggunakan bahan sederhana dari kayu dan bambu.
Targetnya adalah bantalan dari busa, bergambar Babi Hutan, yang pada bagian-bagian gambar tubuh babi itu dituliskan angka-angka sebagai penanda poin.
Kenapa gambar babi hutan? Menurut Hikmatul Haeriyah, pemanah tradisional dari Klub Anyer Horseback Archery (AHA) Kabupaten Serang, gambar babi hutan pada target sebagai simbol pengganti berburu.
“Panahan atau memanah kan sejarahnya bukan khusus suatu cabang olahraga, melainkan cara yang digunakan dalam berburu oleh para nenek moyang pada zaman dulu. Tak sekadar berburu, memanah juga merupakan cara orang zaman dulu untuk berperang,” ujar Hikmah kepada wartawan ditemui di lokasi.
Diketahui, peserta yang mencapai poin bidikan terbanyak pada target Babi Hutan, akan dinilai sebagai juara dalam turnamen. Ada 3 kelompok atau kategori dalam turnamen kali ini, yakni peserta anak-anak, ikhwan (laki-laki) dewasa, dan akhwat (perempuan) dewasa.
Setiap peserta memanah mendapatkan kesempatan sebanyak 6 rambahan atau putaran. Dalam setiap putaran, setiap peserta berkesempatan meluncurkan anak panah sebanyak 6 kali. Ada juga momen challenge, untuk mendapatkan hadiah doorprize.
Hadiah pada lomba kali ini, yakni berupa piala dan juga uang tunai alakadarnya, serta hadiah-hadiah hiburan berupa bingkisan dan barang perlengkapan olahraga memanah itu sendiri.
Meski diselenggarakan secara sederhana, turnamen panahan tradisional rutin ini ternyata masih sangat antusias diminati pemanah dari sejumlah daerah. Terbukti, event Panahan Sedulur Banten (PSB) sudah berlangsung sebanyak 5 kali hingga saat ini.
Ketua Panitia Pelaksana Ustadz Slamet Rahardjo mengaku bersyukur atas antusiasnya para pegiat olahraga tradisional di Banten tersebut.
“Agendanya digelar satu hari dari pagi ini, tapi rombongan peserta dari Cilegon sudah datang sejak semalam. Jadi peserta anak-anak ada 41, peserta ikhwan (laki-laki) jumlahnya 93, dan akhwat (perempuan) ada 56 orang,” ujar Ustadz Slamet.
Ustadz Slamet Rahardjo yang juga ketua dari Mustika Archery Club (MAC) ini mengatakan, tujuan digelarnya turnamen ini adalah untuk mengenalkan dan memasyarakatkan olahraga memanah.
“Kita menilai pentingnya memasyarakatkan olahraga memanah ini, karena salah satu sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW. Turnamen PSB ini adalah bentuk dari kebersamaan, jadi intinya adalah silaturahmi, selain dari turnamen rutin untuk mencari prestasi. Kebetulan kali ini kami dari MAC yang menyanggupi jadi tuan rumah,” jelas Ustadz Slamet.
Olahraga sunnah yang dimaksud di antaranya memanah dan berkuda. Diakuinya, sebagai muslim sudah menjadi keharusan untuk mensyiarkan Sunnah Rasulullah SAW.
“Kita coba mensyiarkan, bahwa ini loh olahraga yang dianjurkan oleh Rosulullah. Meskipun masih banyak yang meragukan dan mencibir saat kita sosialisasi, kok zaman canggih begini masih memanah, pakai panahan dan berkuda. Tapi insyaAllah sunnah ini akan tetap ada sampai akhir zaman ya,” tegas Ustadz Slamet.
Keberadaan Mustika Archery Club (MAC) di Tigaraksa sendiri diakui Ustadz Slamet, mendapatkan dukungan dan support dari masyarakat sekitar dan juga aparatur Pemerintahan setempat.
“Awal keberadaan MAC ini kita sosialisasi ke masyarakat, Alhamdulillah mendukung. Bahkan latihan kami disini kadang-kadang dilaksanakan malam hari, makanya di lapangan ini disediakan lampu, karena sebagian yang bapak-bapak disini waktu latihannya pulang kerja. Kami sudah berkoordinasi dengan RT/RW termasuk Kepala Desa dan Bhabinsa Bhabinkamtibmas juga sudah mendukung kegiatan kita ini,” tandas Ustadz Slamet.
Lomba yang diselingi kehangatan tawa dan silaturahim penuh keakraban antar-pemanah itu pun berakhir saat mulai sore hari. Setelah para juara di setiap rambahan akhirnya bertemu di final untuk memperebutkan juara umum dan juara utama masing-masing kategori.
Diketahui, Panahan Tradisional ini merupakan jenis olahraga rekreasi masyarakat, dimana pembinaan organisasi dan prestasinya berada di bawah naungan Komite Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (KORMI).
Hikmah mengaku tetap optimis bahwa olahraga memanah ini seiring waktu akan terus mendapatkan respon positif dari ummat.
“Rasulullah menganjurkan keterampilan memanah ini dikuasai oleh muslim, untuk menjaga ketangguhan fisik. Hanya saja kemudian panahan kini berkembang dan menjadi suatu jenis dan cabang olahraga, supaya bisa dilestarikan dengan cara-cara orang modern, namun esensi dan praktiknya masih sesuai anjuran Rasulullah,” jelas Hikmah.
“Hingga akhir zaman, inshaAllah memanah ini akan tetap ada, Sunnah Rasulullah ini pasti akan Allah jaga. Terbukti saat ini peminat dan yang ingin terus mengaktifkan olahraga sunnah ini terus tumbuh. Karena kalau bukan kita sebagai umat Islam, mau siapa lagi yang menggerakkan dan menghidupkan Sunnah ini,” imbuhnya. (*/Red)