Perjuangan Pujiyanti, Mahasiswi UIN SMH Banten yang Sukses Menerbitkan Buku Serta Dijual di Gramedia
TANGERANG – Pujiyanti, seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin (UIN SMH) Banten, menjadi inspirasi bagi banyak orang berkat kegigihannya dalam meraih impian.
Lahir dan besar di sebuah desa di Kabupaten Tangerang, ia tumbuh sebagai seorang yatim yang menghadapi berbagai keterbatasan.
Namun, semangatnya yang kuat untuk terus belajar dan berkembang membuatnya berhasil meraih berbagai prestasi akademik maupun non-akademik.
Sebagai mahasiswa aktif, Pujiyanti tidak hanya fokus pada perkuliahan, tetapi juga terlibat dalam berbagai organisasi dan kegiatan sosial.
Ia memiliki ketertarikan besar terhadap isu sosial dan budaya, yang membawanya mengikuti berbagai ajang perlombaan duta nasional dan program pertukaran pemuda antar provinsi.
Pada tahun 2024, ia dinobatkan sebagai Pemuda Prestasi Kabupaten Tangerang dengan meraih juara tiga dan terpilih untuk mengikuti pertukaran pemuda antar provinsi tingkat provinsi.
Prestasi akademiknya pun tak kalah membanggakan, hingga mengantarkannya menjadi Mahasiswa Berprestasi UIN SMH Banten tahun 2024.
Tak hanya berprestasi dalam bidang akademik, Pujiyanti juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Ia aktif menjadi fasilitator duta edukasi Indonesia. Kemampuannya dalam berkomunikasi dan memotivasi orang lain membuatnya dihormati sebagai seorang fasilitator yang inspiratif.
Salah satu pencapaian terbesar Pujiyanti adalah berhasil menerbitkan buku di penerbit mayor, Yrama Widya, yang kini tersedia di toko buku Gramedia di seluruh Indonesia.
Buku berjudul “Maaf Tuhan, Aku Sempat Patah Hati” ini mengangkat kisah perjalanan emosional seseorang dalam menghadapi kehilangan dan menemukan kekuatan dalam iman. Meski kini bukunya diterima dengan baik, perjalanan menuju kesuksesan sebagai penulis tidaklah mudah.
Dalam wawancara, Pujiyanti mengungkapkan bahwa ia mengalami berbagai penolakan sebelum akhirnya berhasil menembus penerbit mayor.
“Pastinya aku berkali-kali mengirim naskah, berjuang, sering gagal juga, tapi aku nggak putus asa,” ujar Puji, saat diwawancarai pada Sabtu (15/3/2025).
Ia sempat mengirim naskah ke beberapa penerbit seperti Gradien Utama dan Media Kita, namun baru saat dikirim ke Yrama Widya, naskahnya diterima.
“Sekitar dua kali aku kirim ke penerbit lain, tapi belum diterima. Nah, pas kirim ke Yrama Widya, alhamdulillah akhirnya diterima,” katanya dengan penuh syukur.
Kegagalan itu tidak membuatnya menyerah, justru menjadi motivasi untuk terus belajar dan memperbaiki karyanya.
Ia mulai memahami pentingnya menyesuaikan gaya penulisan dengan tren yang sedang berkembang agar lebih relevan dengan pembaca muda.
“Awalnya bahasanya masih amatiran dan monoton. Jadi aku belajar dari pengalaman, mengikuti tren yang lagi viral di kalangan anak muda, supaya lebih relatable,” jelasnya.
Keberhasilannya menerbitkan buku membuka berbagai kesempatan baru. Pujiyanti rencananya diundang sebagai narasumber dalam podcast dan talkshow di RRI Banten serta mengadakan bedah buku bersama penerbitnya.
Ia juga aktif mengkampanyekan gerakan self-improvement bagi anak muda, khususnya di Banten, agar terus berkarya dan berani mengejar impian mereka.
“Aku pengen ngajak anak muda lainnya, khususnya warga Banten, buat berkarya. Kebetulan aku juga diundang buat podcast dan talkshow di RRI Banten, jadi bisa menyebarkan semangat ini lewat berbagai cara,” tuturnya.
Buku “Maaf Tuhan Aku Sempat Patah Hati” sendiri mengangkat kisah perjuangan seseorang dalam menghadapi patah hati, bukan hanya dari sisi kesedihan, tetapi juga proses penyembuhan, penerimaan diri, dan peran iman dalam menghadapi cobaan.
Dengan gaya bahasa yang lugas dan menyentuh, buku ini diharapkan bisa menjadi teman bagi siapa saja yang sedang mengalami kesedihan dan mencari kekuatan untuk bangkit.
Kisah hidup Pujiyanti menjadi bukti bahwa latar belakang dan keterbatasan bukanlah penghalang untuk meraih mimpi.
Dengan tekad dan usaha yang kuat, ia berhasil menembus batasan yang ada dan menginspirasi banyak orang. Ia berharap kisahnya bisa menjadi motivasi bagi anak muda lainnya, khususnya di Banten, untuk terus berkarya dan tidak takut menghadapi kegagalan.
“Jangan takut gagal. Terus berjuang dan berkarya, karena setiap kegagalan adalah jembatan menuju kesuksesan,”
tandasnya.
“Masa muda saatnya masa mencoba banyak hal, jika gagal, coba lagi, terus coba, karena semakin banyak gagal, artinya kita bisa belajar dari kesalahan, dan mendekati kesuksesan,” imbuhnya. (*/Hery)