Perpusda Banten Gelar “NgabubuRead” Bahas Kekerasan Dalam Agama

Dprd ied

SERANG – Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Provinsi Banten menggelar diskusi dengan nama kegiatan ‘NgabubuREAD’ dalam rangka mengisi bulan suci Ramadhan menjelang berbuka puasa, Kamis (31/5/2018), bertempat di Aula Perpustakaan Daerah Banten.

Sebanyak 50 peserta baik dari kalangan mahasiswa ataupun umum turut serta mengikuti diskusi bertemakan ‘Kekerasan Agama, Agama Kekerasan’ tersebut, dengan menghadirkan pengantar diskusi seorang akademisi Banten, Penulis dan Direktur Rafe’i Ali Instute, Atih Ardiansyah.

“Agama dan kekerasan sesungguhnya dua hal yang berjauhan, tetapi hari ini agama beserta simbol-simbolnya dan kekerasan seolah-olah dilekatkan, dan kondisi ini akan berbahaya dalam kehidupan bermasyarakat karena akan menimbulkan kecurigaan-kecurigaan diantara penganut agama,” ucap Atih kepada faktabanten.co.id menerangkan maksud dari digelarnya diskusi tersebut.

Dikatakan Atih, fenomena terorisme yang marak dalam beberapa tahun belakangan secara tidak langsung menggiring stigma negatif terhadap agama tertentu.

“Agama adalah tata nilai yang mewujud dalam realitas berdasarkan tafsiran pemeluknya. Maka konon sesungguhnya tidak ada sebuah agama pun yang mengajarkan kekerasan, tetapi di tangan penganutnya agama bisa menjadi sumber kedamaian maupun sebaliknya,” paparnya.

Atih pun meminta agar masyarakat khususnya anak-anak muda untuk bisa lebih banyak membaca sebagai bentuk proteksi diri dalam menangkal paham-paham radikal yang menyalahi aturan baik secara agama maupun negara.

dprd tangsel

“Bukan soal baca ini atau baca itu, tetapi harus baca sebanyak-banyaknya. Karena terpengaruhnya seseorang atau kelompok dengan paham radikal karena hanya membaca satu buku saja. Padahal penting sekali membaca banyak buku agar wawasan dan perspektif berpikir menjadi lebih luas,” ungkapnya.

“Saint Agostino, salah satu filsuf pernah berkata bahwa manusia yang paling berbahaya adalah yang hanya memiliki (membaca) satu buku saja,” imbuhnya.

Ia menilai bahwa dengan hanya membaca sedikit bacaan atau buku, itu akan membuat orang tersebut memiliki perspektif yang sempit sehingga bisa memunculkan perasaan paling benar.

“Dia akan merasa benar sendiri, seperti pepatah, orang yang memiliki perspektif sempit, ibarat ia mengganggap dirinya sebagai palu dan cenderung mengganggap segala hal sebagai paku,” tukasnya.

Sementara itu, Kasi Peminatan Pembudayaan Kegemaran Membaca DPKD Banten, Evi Saepudin mengatakan, bahwa kegiatan tersebut sebagai salah satu upaya perpustakaan daerah dalam meningkatkan budaya membaca di masyarakat.

“Paling tidak dengan membaca, masyarakat mempunyai banyak perspektif dalam melihat sebuah permasalahan,” singkatnya. (*/Ndol)

Golkat ied