Sambil Bakar Ban, Kumala Serang Desak WH Cabut Ingub Penutupan Tempat Wisata
SERANG – Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Lebak (Kumala) Perwakilan Wilayah (Pw) Serang menggelar aksi demonstrasi di Bunderan Lampu Merah Ciceri, Kota Serang, Selasa, (18/5/2021).
Sambil bakar ban bekas, mereka mendesak Gubernur Banten, Wahidin Halim (WH) untuk mencabur Instruksinya perihal penutupan sementara tempat wisata di Banten yang diterbitkan baru-baru ini.
“Cabut Instruksi Gubernur Banten Nomor 556/901-Dispar/2021 Tentang Penutupan Sementara Destinasi Wisata di Banten,” tegas Ketua Umum Kumala Pw Serang, Misbah.
Terbitnya kebijakan tersebut kata Misbah, seakan-akan WH tak peduli terhadap masyarakatnya sendiri.
“Karena kenapa? Karena Gubernur Banten dan Wakil Gubernur Banten WH-Andika telah mengeluarkan kebijakan melalui surat edaran penutupan wisata yang ada di Banten dengan secara tiba-tiba pada tanggal 15 Mei Pukul 21: 00 WIB,” ujarnya.
Pihaknya mempertanyakan, kenapa Gubernur Banten tidak mengeluarkan kebijakan penutupan tempat wisata di Banten itu tidak dilakukan dari sebelum Hari Raya Idul Fitri 2021.
“Kenapa pas masyarkat hendak berdatangan ke wisata dan pedagang mulai berjualan ini malah ditutup, kan ngakak?,” tanyanya.
“Padahal masyarakat sudah sangat begitu antusias soal berlakunya kunjungan wisata lokal dengan menggunkan protokol kesehatan, karna secara tidak langsung masyarakat Banten bisa mencari pendapatan penghasilan melalui pengunjung yang berdatangan ke lokasi wisata,” sambung Misbah.
Lebih jauh Misbah mengungkapkan, seharusnya diakhir kepemimpinan WH-Andika selaku Gubernur dan Wakil Gubernur Banten bisa membuat perasaan masyarakat bangga.
“Meskipun di tahun-tahun sebelumnya juga pernah dikecewakan atas janji politiknya yang tidak terlaksanakan. Seperti berobat gratis cukup dengan KTP, pengentasan penggangguran,” sebutnya.
“Tinggal kita tanyakan bagaimana tindakannya selama 4 tahun menjabat sebagai Gubernur Banten. Apakah Banten sudah lebih baik? atau memang sebaliknya malahan Banten stagnan, jalan di tempat tanpa adanya perubahan yang dirasakan oleh masyarakat Banten itu sendiri,” pungkasnya. (*/Faqih)
