Seba Baduy 2021 Tak Dihadiri Gubernur Banten, Pemerhati: Sangat Kecewa

Hut bhayangkara

SERANG – Sebanyak 24 warga Baduy, Lebak Banten melakukan tradisi Seba Baduy ke Pendopo Lama Gubernur Banten, Kota Serang, Sabtu (22/5/2021) malam. 24 warga itu diantaranya 7 orang dari Baduy Dalam dan 17 orang lagi dari Baduy Luar.

Tradisi Seba Baduy yang berlangsung setiap tahun ini tetap digelar di tengah pandemi virus Corona. Meski begitu jumlahnya dibatasi, sehingga tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, di mana bisa ribuan warga Baduy mengikuti tradisi Seba.

Namun, tradisi yang dianggap sakral oleh warga Baduy ini disayangkan oleh Pemerhati Baduy, Uday Suhada, lantaran tidak dihadiri oleh Gubernur Banten, Wahidin Halim dan juga wakilnya, Andika Hazrumy.

“Tentu saja sangat kecewa. Disatu sisi sering dibangga-banggakan sebagai kekayaan Banten, tapi sekedar menemui mereka satu jam dalam setahun saja tidak,” ujar Uday kepada Fakta Banten.

Delegasi Baduy pun kata Uday merasa kecewa karena Seba tahun 2021 ini tidak diterima langsung oleh Gubernur Banten. Padahal Seba merupakan ajang silaturahmi bersama kepala daerah. Tak hanya itu, diketahui warga Baduy pun untuk datang ke Pendopo Lama Gubernur harus dengan berjalan kaki.

“Tentu saja delegasi Seba Baduy merasa kecewa tidak diterima langsung oleh Gubernur. Kalau berhalangan, kan ada Wagub,” kata Uday.

“Mereka datang cuma sekali setahun, masa iya gak bisa sisihkan waktu satu jam saja untuk menyambut mereka dalam ritual yang sakral itu. Apalagi misi yang dibawa adalah “ngasuh ratu ngajayak menak“. Menguatkan ikatan silaturahmi,” imbuhnya.

Loading...

Makna Seba Baduy Bagi Kepala Daerah

Bagi Uday, kehadiran kepala atau wakil kepala daerah sangat penting dalam tradisi Seba Baduy. Karena mereka itu merupakan bagian terpenting dari Pemerintah, sebagai para pengambil kebijakan.

“Seharusnya kepala daerah menyambut dan mendengar secara langsung. Dalam rangkaian upacara Seba itu kan ada ramah tamah, dan dialog,” ucapnya.

Padahal, jika Gubernur Banten atau wakilnya datang dalam Seba itu lanjut Uday, bisa mendengar langsung keluhan dari warga Baduy, diantaranya soal kerusakan lingkungan yang bukan terjadi di sekitar Baduy saja, melainkan di berbagai daerah di Banten.

“Gurandil dan penebangan hutan terjadi di mana-mana. Persoalan kolom agama di dalam KTP mereka yang masih dikosongkan atau ditulis Islam, ini butuh diperhatikan serius,” tegasnya.

Termasuk kata dia, soal keinginan mereka agar pemerintah membantu menyosialisasikan istilah “Wisata Baduy” menjadi “Saba Budaya Baduy”.

“Ini sangat substantif, sebab mereka sebuah peradaban, bukan obyek wisata, bukan untuk jadi tontonan. Karena makna Saba Budaya adalah silaturahmi, saling menghormati dan melindungi adat istiadat antara tamu dan tuan rumah,” pungkasnya. (*/Faqih)

Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien