Benarkah Suhu di Wilayah Bojonegara Semakin Panas?

*) Oleh: Ilung (Sang Revolusioner)

TERINSPIRASI dari keluhan warga dalam beberapa minggu belakangan baik obrolan secara langsung maupun di Medsos, akan suhu panas yang semakin dirasakan di wilayah Bojonegara, salah satu Kecamatan di Kabupaten Serang yang berada di pesisir Utara Provinsi Banten.

Isu meningkatnya suhu panas dunia atau lebih dikenal dengan Global Warming tentunya sudah sejak lama kita dengar. Dimana pemanasan global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan keluaran (emisi) gas rumah kaca, seperti; karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer.

Selama 20 abad ini, kenaikan suhu diperkirakan mencapai 0,3-0,8°C. Untuk 100 tahun kedepan, kenaikannya diperkirakan mencapai 4°C. Kenaikan suhu ini dapat merubah iklim sehingga menyebabkan perubahan pola cuaca yang dapat menimbulkan peningkatan dan perubahan curah hujan, angin dan badai, yang merugikan manusia, bahkan di beberapa tempat berpotensi terjadi bencana alam yang dapat memakan banyak korban jiwa.

Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungann dengan proses meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

Karakteristik Bojonegara

Dikutip dari Gugum Jr Blogspot.co.id, secara administratif Bojonegara termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang tepatnya di Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Puloampel (merupakan pemekaran dari Kecamatan Bojonegara). Kecamatan Puloampel dan Bojonegara memiliki luas keseluruhan sekitar 6.700,2 hektare dan dihuni hampir 75.000 jiwa.

Saat ini diwilayah Bojonegara telah dibangun Pelabuhan internasional seluas 1.100 Hektar dengan pantai yang menghadap ke laut sepanjang 11,3 Km. Di sekitar kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri yang direncanakan mencapai 1.372 hektar meliputi sebagian Desa Salira, Mangunreja, Sumureja, Mangkunegara, Bojonegara, Ukisari, Margasari, Argawana, Margagiri, jenis industri yang dikembangkan adalah industri logam dasar, kimia dasar, rekayasa dan rancang bangun.

Terdapat beberapa Potensi pengembangan wilayah Bojonegara, diantaranya :

a. Posisi dan letak geografis wilayah Bojonegara dalam konstelasi regional cukup strategis.

b. Aksesibilitas wilayah Bojonegara yang tinggi (terdapat jalan propinsi, jalan tol Jakarta – Merak).

c. Tersedianya sumberdaya lahan relatif besar di wilayah Bojonegara yang sesuai dikembangkan untuk pengembangan perkotaan.

d. Tersedianya sumberdaya mineral berupa batu pasir dan tanah urug untuk mendukung pembangunan fisik kota.

e. Terdapatnya sumberdaya kelautan yang memungkinkan untuk pengembangan kegiatan penangkapan ikan dan daya dukung fisik untuk pengembangan IHP Bojonegara

f. Tersedianya sumberdaya manusia yang terdiri dari berbagai tingkat pendidikan dan keterampilan untuk menunjagn kegiatan di wilayah Bojonegara.

g. Keterbukaan masyarakat dalam menerima pembaharuan dan pembangunan nasional.

h. Terdapatnya sumberdaya binaan yakni sarana dan pasarana pemerintahan, pendidikan, kesehatan, peribadatan dll).

Terdapat beberapa masalah pengembangan wilayah Bojonegara, diantaranya :

a. Curah hujan yang kecil (kurang dari 1000mm/tahun) di bagian timur, hal ini berakibat di wilayah ini relatif kering.

b. Adanya penduduk yang menempati area dengan kelerengan > 40 %.

c. Terdapatnya kegiatan penambangan, pertanian di kawasan hutan lindung.

d. Terjadinya penggusuran/ pembebasan lahan masyarakat, seperti perumahan, sawah, tegalan, kebun campuran serta perkantoran dan fasilitas umum sebagai dampak pengembangan pelabuhan, kawasan industri, kawasan perkotaan, jalan tol dan kereta api.

e. Kualifikasi/kualitas SDM penduduk setempat di wilayah Bojonegara yang masih rendah.

Pijat Refleksi

f. Peningkatan harga tanah yang tinggi.

g. Ancaman terjadinya pemukiman kumuh di kawasan nelayan atau di sempadan sungai/ di tanah-tanah negara.

Faktor Peningkatan Suhu di Bojonegara

Bila melihat karakteristik wilayah Bojonegara diatas, apalagi berdasarkan pantauan langsung penulis, dimana pembangunan Industri disana sangat pesat yang bisa dikatakan mengeksploitasi alam. Dari mulai reklamasi pantai-pantai bakau, aktifitas tambang yang berupa pengerukan pegunungan, untuk pabrik dan pelabuhan. Sementara usaha tradisional seperti pangkalan Nelayan Cikubang Bojonegara sudah beberpa kali direlokasi untuk keperluan Industri tersebut dan semakin menyempitnya lahan pertanian.

Maka, wajar kalau di kawasan Bojonegara dan sekitarnya mengalami peningkatan suhu panas yang dikeluhkan oleh warga. Gas emisi dari aktifitas pabrik, pelabuhan, berkurangnya ruang terbuka hijau tumbuhan di pegunungan akibat penambangan yang terus berlangsung.

Bukan hanya suhu panas saja, Nelayan juga mengeluhkan hasil tangkapannya yang berkurang di perairan dekat pantai Bojonegara yang bisa jadi akibat aktifitas Industri, utamanya limbah pabrik dan reklamasi, sehingga harus ketengah lautan untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak.

Dampak Pemanasan Global Secara Umum

Secara umum, pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan perubahan-perubahan sistem terhadap ekosistem di bumi, antara lain; perubahan iklim yang ekstrim, mencairnya es sehingga permukaan air laut naik, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Adanya perubahan sistem dalam ekosistem ini telah memberi dampak pada kehidupan di bumi seperti terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan.

Pemanasan global telah memicu terjadinya sejumlah konsekuensi yang merugikan baik terhadap lingkungan maupun setiap aspek kehidupan manusia.

Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut;

* Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat.

* Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna.

* Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang yang ada di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini, Timor Leste, dan Philipina. Dikhawatirkan merusak kehidupan masyarakat lokal yang berada di sekitarnya. Masyarakat lokal yang pertama kali menjadi korban akibat kerusakan terumbu karang ini. Untuk menyelamatkan kerusakan terumbu karang akibat pemanasan global ini, maka para aktivis lingkungan dari enam negara tersebut telah merancang protokol adaptasi penyelamatan terumbu karang. Lebih dari 50 persen spesies terumbu karang dunia hidup berada di kawasan segitiga ini.

Berdasarkan data Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), sebanyak 30 persen terumbu karang dunia telah mati akibat badai el nino pada 1998 lalu. Diprediksi, pada 10 tahun ke depan akan kembali terjadi kerusakan sebanyak 30 persen.

Solusi Mengurangi Suhu Panas

Jika benar apa yang dikeluhkan warga akan meningkatnya suhu panas di wilayah Bojonegara tersebut. Maka, secara spesifik diperlukan langkah-langkah arif manusia terhadap alam.

Diantaranya sebagai berikut:

– Memperketat Pengawasan. Saya kira peran pengawasan oleh aparatur terkait dan aktivis lingkungan terhadap kewajiban Industri terhadap lingkungan, sebagaimana Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan beberapa regulasi terkait tentang Industri, sudah sebaiknya diperketat, seperti mengadakan uji laboratorium pada limbah pabrik, uji kesehatan pada kondisi udara, penelitian ekosistem, baik darat maupun dilaut dan sebagainya.

– Membatasi Industri. Melihat pesatnya pembangunan Industri di Kawasan Bojonegara dan sekitarnya, saya kira pemerintah baik pusat maupun daerah sangat perlu untuk membatasi aktivitas industri di wilayah ini tidak bertambah. Atau dengan opsi lain ketika bertambah pun sudah menjamin keberadaannya tidak memperburuk keadaan lingkungan apalagi sampai mencemari dan merusak.

– Melakukan Rekondisi, hal inilah yang sepertinya diwajibkan bagi para penambang di kawasan pegunungan. Mereka harus kembali menanam bibit pohon atau tumbuhan dilokasi tambang yang mereka gali. Dan begitupun pada aktivitas industri lainnya yang sudah menggusur lahan terbuka hijau khususnya hutan bakau.

– Kepedulian semua elemen kepada lingkungan. Peran Badan Lingkungan setempat serta Aktivis Lingkungan untuk mengajak atau memberi kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan tetap terjaga dari kerusakan kepada semua elemen yang berada dikawasan Bojonegara dan sekitarnya, sepertinya sangat urgen diperlukan perannya untuk lebih peduli menjaga lingkungannya.

Semoga dengan sedikit paparan ini bisa menginspirasi semua elemen untuk bisa peka dan peduli terhadap lingkungan. (*/Red)

 

*) Penulis adalah Jurnalis Fakta Banten

KPU Cilegon Terimakasih
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien