SERANG – Tarif baru dan berbagai kebijakan baru yang dikeluarkan operator jalan tol Tangerang-Merak ternyata tidak membuat masyarakat menikmati lancarnya jalan bebas hambatan tersebut.
Mahalnya tarif jalan tol saat ini menjadi keluhan baru oleh pengguna jalan, selain juga penerapan transaksi non tunai yang belakangan ini menjadi polemik.
Operator jalan tol dianggap cari untung sendiri, dengan tarif dan sistem baru yang memberatkan tidak menjamin jalan tol bebas dari macet, terutama pada setiap gerbang tol.
Seperti dikeluhkan Ahmad, pengguna jalan asal Kabupaten Serang ini. Menurutnya dengan tarif tol yang semakin mahal seharusnya bisa lebih memberikan pelayanan prima bagi pengguna jalan.
“Cilegon Timur hingga Serang Timur misalnya, sekarang tarifnya sudah 9 ribu lebih naik seribu dari sebelumnya, tapi macet masih saja terjadi,” ungkap Ahmad kepada faktabanten.co.id, Sabtu (25/11/2017).
Tidak hanya macet, pekerjaan perbaikan badan jalan yang hampir setiap hari dilakukan oleh pengelola jalan tol, dianggap mengganggu kenyamanan berkendara.
“Setiap hari itu ada aja perbaikan jalan, dan jalan juga nggak rata, malah bergelombang, kalau begini jalan bebas hambatan berasa jalan desa,” imbuhnya.
Selain Ahmad, keluhan mengenai jalan tol juga disampaikan akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), DR Fauzi Sanusi. Menurutnya kebijakan yang dikeluarkan operator jalan tol di Banten tidak adil bagi rakyat.
Dosen Fakultas Ekonomi ini menilai tarif baru tol sangat merugikan konsumen.
“Adilkah? Setelah pengguna jalan tol dipaksa agar bayar dimuka melalui mekanisme e-tol, kini pengguna jalan tol dipaksa pula harus membayar dengan tarif baru yang lebih mahal. Pengelola tol telah mendapatkan uang segar triliunan setiap hari atau minggu secara cuma-cuma dari pengguna tol, namun pada saat yang sama dengan senyum dingin mereka naikkan tarif tol secara sepihak,” tulis Fauzi Sanusi dalam akun media sosialnya, Sabtu (25/11/2017).
Dengan tarif yang sudah demikian mahal menurut akademisi bidang perekonomian tersebut, ini tidak membuat pengelolaan jalan tol semakin baik.
“Sementara kemacetan di gerbang tol semakin mengular. Kita sedang menyaksikan praktik bisnis yang tidak adil atau mungkin tidak beretika dalam berbisnis,” tutupnya. (*/Yosep)