Chandra Asri Beberapa Bulan Kedepan Akan Operasikan Teknologi Flaring Tanpa Asap

CILEGON – PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk (CAP) sejak tahun 2018 lalu tengah menggarap proyek konstruksi pemasangan Enclosed Ground Flare (EGF) terbaru, dan diprediksi akan beroperasi dalam beberapa bulan ke depan.
 
EGF adalah teknologi suar yang aman dan tanpa asap. Suar Tanpa Asap ini akan berfungsi untuk meminimalisir proses pembakaran gas dan mengurangi timbulnya pembakaran dengan api.

Dikatakan Konsultan Proyek Konstruksi EGF, Andry, teknologi yang diterapkan PT CAP ini secara signifikan mengurangi polusi udara, kebisingan, panas dan emisi cahaya selama proses start-up pabrik berlangsung dan apabila terjadi kegiatan operasional yang di luar dari kebiasaaan.

Penerapan EGF akan memastikan dampak operasional minimum terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar dibandingkan dengan penggunaan suar konvensional sebelumnya.

“Ini pilihan teknologi yang tepat sebagai upaya untuk meminimalisir dampak negatif lingkungan, teknologi EGF ini ramah lingkungan, salah satunya aktivitas flaring ke depannya tidak akan lagi menghasilkan asap pekat yang di lepas ke udara,” jelas Andry saat dihubungi Fakta Banten melalui telepon genggamnya, Minggu (3/5/2020).

Pengembangan EGF ini diketahui pada awal pembangunannya direncanakan menyerap total investasi US $ 14 juta, dan diharapkan akan selesai pada 2020 ini.

Teknologi Enclosed Ground Flare ini juga memiliki kapasitas yang dirancang untuk membakar 220 ton hidrokarbon per jam.

Sementara ditegaskan Manager CSR PT CAP, Abraham Sinathrawan, Chandra Asri sebagai pabrik kimia yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai Obyek Vital Nasional, selalu berkomitmen untuk menjadi industri yang mendukung pembangunan dan juga berdampak positif bagi masyarakat.

“Pemasangan EGF di pabrik kami menunjukkan komitmen kami terhadap sustainability yang mana kami berinvestasi dalam teknologi terbaru untuk memastikan kegiatan operasi kami tidak membahayakan lingkungan sekitar. Kami percaya bahwa sebagai perusahaan, kami memiliki tanggung jawab untuk melakukan apa yang benar untuk lingkungan dan masyarakat sekitar wilayah operasi,” ujar Abraham via pesan Whatsappnya, Minggu (3/5/2020).

“Saat ini proyek Enclosed Ground Flare sedang tahap finalisasi pembangunan. Dalam beberapa bulan kedepan sudah akan siap dioperasikan,” imbuh Abraham.

Sebelumnya diberitakan, aktivitas gas flaring PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk (CAP) sejak kemarin Kamis (30/4/2020) sore, banyak mendapatkan sorotan dari masyarakat karena dinilai telah mencemari lingkungan. Salah satunya debu pekat dari cerobong pembakaran yang turun ke pemukiman pada saat hujan turun.

Selain itu, aktivitas flaring juga menimbulkan getaran sehingga dikeluhkan warga Link Cilodan, Kelurahan Gunungsugih, yang berdampak sejumlah rumah warga mengalami retak-retak.

Terkait hal ini, Abraham Sinathrawan menjelaskan, PT Chandra Asri saat ini masih dalam tahap melakukan start-up dari salah satu mesin pabrik.

“Pada prosesnya, kami mengantisipasi dapat terjadi proses flaring yang perlu dilakukan untuk menjaga keamanan dari pabrik dan juga lingkungan sekitar. Kami sedang mengantisipasi akan kemungkinan terjadinya flaring pada tanggal 4-6 Mei ini,” jelasnya.

Abraham mengakui bahwa flaring yang terjadi merupakan upaya yang sesuai standar demi menjamin keamanan sistem pada pabrik kimia tersebut.

“Proses ini untuk mengurangi tekanan yang ada dalam perangkat pabrik, maka dilakukanlah pembakaran gas atau flaring,”

“Flaring tersebut telah dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku, dimana kami selalu mengukur tekanan serta suhunya agar sesuai dengan standar keamanan yang berlaku,” jelasnya.

Sekilas PT Chandra Asri Petrochemical

PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk (CAP), anak perusahaan PT Barito Pacific Tbk sebagai pemegang saham mayoritas, merupakan perusahaan petrokimia Indonesia terbesar yang terintegrasi yang memproduksi olefins dan polyolefins.

PT Chandra Asri Petrochemical, Tbk menggabungkan teknologi terkini dan fasilitas penunjang di Kota Cilegon dan Kabupaten Serang. Perseroan merupakan satu-satunya produsen yang mengoperasikan naphtha cracker, dan juga produsen domestik tunggal ethylene, styrene monomer dan butadiene.

Selain itu, Perseroan merupakan produsen polypropylene terbesar di Indonesia. PT CAP menghasilkan bahan baku plastik dan kimia yang digunakan untuk produk kemasan, pipa, otomotif, elektronik, dll. (*/AdamRT)

Honda