Banjir Rendam Rangkasbitung, Kumala Minta Pemkab Tidak Mudah Berikan Izin Perumahan
LEBAK– Hujan deras yang turun sejak Senin (13/9/2021) malam memicu banjir dan menyebabkan sejumlah permukiman warga tergenang di wilayah Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Dari informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, banjir menggenang rumah-rumah warga di permukiman Sentral, Dukuh, Pasir Kongsen, Komdik, Palaton, dan Cibahbul, dilaporkan tergenang setinggi 50 sampai 80 sentimeter.
Dengan adanya kejadian banjir ini, Kumala meminta Pemerintah Daerah melalui dinas terkait untuk dapat menginventariasasi persoalan-persoalan yang ada dan berkaitan dengan bencana banjir bandang di wilayah Rangkasbitung, karena sedari dulunya banyak daerah yang bukan langganan banjir tapi kenapa sekarang jadi sering.
“Kita tak boleh terhanyut oleh persepsi manusia yang menyatakan banjir diakibatkan oleh intensitas hujan semata, melainkan alam akan menjadi kawan dan lawan ketika sikap dan perilaku kita terhadapnya seperti nenek moyang kita terdahulu ajarkan, melainkan karena campur tangan manusia yang salah dalam hal tata kelola pada akhirnya terjadilah bencana seperti banjir bandang yang kini hampir sering masyarakat Rangkasbitung rasakan,” kata Komarudin, Ketua Umum Koordinator Kumala kepada Fakta Banten, Selasa (14/09/2021).
Komarudin melanjutkan, sekitar enam bulan yang lalu Koordinator Kumala sempat mengadakan investigasi dan penelusuran yang berujung kepada somasi terhadap salah satu developer perumahan di Kabupaten Lebak, namun juga mungkin belum diindahkan sehingga kejadian yang sama kini terulang dan masyarakat derita.
“Sehingga untuk saat ini kami perlu kembali mengingatkan kepada pemerintah Kabupaten Lebak dalam hal ini Bupati sebagai ujung tombak kebijakan di daerah untuk bila perlu membentuk tim khusus dalam hal penelusuran dan merumuskan kebijakan apa yang tepat untuk Pemerintah Kabupaten dalam hal tata kelola wilayah permukiman terutama dalam hal pansos dan juga amdalnya,” tegasnya.
“Agar masyarakat tidak lagi merasa di rugikan dengan turunnya air hujan dari langit karena itu sebuah anugerah untuk kita yang berada di wilayah agraris, yang kebanyakan masyarakatnya menggantungkan hidupnya pada sektor perkebunan dan pertanian,” tandasnya. (*/EzaYF).