LEBAK – Dampak kekeringan dan kesulitan air bersih akibat dari fenomena El-Nino dirasakan oleh masyarakat di Kecamatan Maja dan beberapa Kecamatan lainnya di Kabupaten Lebak.
Dampak dari El-Nino tersebut sangat besar terutama dalam sektor Pertanian. Dalam mengatasi fenomena itu, BPBD Lebak, menetapkan status darurat kekeringan.
Pada saat dikonfirmasi Kepala Pelaksana Harian BPBD Lebak Febby Rizki Pratama mengatakan, hal itu akan dilakukan pihaknya di 16 Kecamatan yang menjadi langganan kekeringan.
“Status darurat kekeringan, pemetaan kita di 16 kecamatan. Karena Fenomena El-Nino kali ini sangat kering. Kemungkinan besar kita akan tetapkan di 16 kecamatan,” kata Feby pada saat diwawancarai di ruang kerjanya, Jumat, (4/8/2023).
Menurutnya, status kedaruratan kekeringan pada saat ini, dilakukan untuk mengatasi dampak yang sangat parah akibat fenomena tersebut.
“Kami akan koordinasi lagi, kami perlu rapat. Dalam penetapan status kedaruratan tersebut, apakah di 16 kecamatan atau 28 kecamatan,” imbuhnya.
Total ada 16 Kecamatan yang rawan kekeringan, kata dia, bukan berarti Kecamatan yang lain kondusif dan aman, tapi bisa saja daerah tersebut terdampak fenomena El-Nino itu.
“Seperti di daerah Cibeber, karena daerahnya cukup kondusif tetapi kita tidak tahu kan, apakah satu bulan ini cukup kering atau ada hujan di sana,” tukasnya.
Dirinya menjelaskan, saat ini BPBD Lebak akan melakukan koordinasi kembali untuk menetapkan status darurat kekeringan tersebut dengan Dinas Pertanian dan para Dinas terkait.
“Bisa saja, tadinya daerah kondusif dan tidak perlu air bersih itu bisa saja dimasukan ke dalam daerah yang rawan kekeringan. Nanti, kami akan rapatkan apakah status darurat kekeringan ini di 16 kecamatan atau 28 kecamatan,” ungkapnya.
Sampai saat ini, pihak BPBD Lebak sudah menerima permintaan bantuan air bersih dari beberapa Kecamatan. Diantaranya, Kecamatan Warunggunung tepatnya di Desa Selaraja yang wilayahnya mengalami dampak kekeringan. (*/Yod/Aji)
