Libur Sekolah, Anak-anak di Lebak Ini Hibur Diri dengan Festival Layang-Layang

DPRD Pandeglang Adhyaksa

LEBAK – Masa libur panjang sekolah yang biasanya dimanfaatkan orang tua mengajak anak-anaknya berwisata ke suatu tempat, seperti water boom atau tempat wisata lain yang biasanya penuh sesak, namun hal itu tidak untuk anak-anak di Kampung Umbulan, Desa Mekaragung, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak.

Mereka lebih memilih untuk mengisi liburan dengan menggelar festival Layang-layang. Layang-layang yang dibuat mereka berbeda pada umumnya, layang-layang ini disebut peteng.

Layang-layang peteng yang dibuat dengan menggunakan bahan kertas minyak, berangka bambu dan dibuat dengan bermacam bentuk seperti burung, ikan dan segi lima.

Yang sangat menjadikannya beda dengan yang lain, peteng ini mempunyai sebuah alat berbentuk busur panah yang dilengkungkan dengan sebuah pita, bisa pita kaset atau lainnya. Dengan busur itu layang-layang saat terbang diudara mengeluarkan bunyi yang sangat nyaring terdengar. Bunyi yang tercipta dari getaran pita yang bergesekan dengan angin. Bunyi nyaring tersebut seperti suara kumbang, mungkin karena itulah yang melatar belakangi layang-layang tersebut disebut peteng.

Dalam festival ini belasan peserta mulai dari anak-anak tingkat Sekolah Dasar, hingga orang dewasa turut menyemarakan acara.

Menurut penyenggara festival, Aji, acara ini digelar untuk menumbuhkan kreativitas dan kolektifitas anak-anak di Kampung setempat.

“Anak-anak sangat antusias dengan acara yang digelar, mereka memotong bambunya sendiri di kebun, merautnya, hingga melapisinya dengan kertas minyak dengan berbagai bentuk yang mereka sukai,” kata Aji saat ditemui faktabanten.co.id, Senin (1/1/2018).

Aji menambahkan saat liburan ini, cuaca dan angin sedang berhembus bagus untuk menerbangkan layang-layang.

Loading...

Dalam festival yang baru diselenggarakan untuk pertama kalinya ini, tidak membutuhkan banyak biaya, karena bahan yang dipergunakan bisa diperoleh dari lingkungan sekitar.

“Anak-anak hanya mengeluarkan recehan untuk membeli kertas minyak dan benang untuk mengulur layangan,” jelasnya.

Untuk menerbangkannya mereka memanfaatkan sawah milik warga yang telah kosong karena habis dipanen.

Saat festival digelar terlihat wajah-wajah ceria anak-anak yang begitu bersemangat untuk menjalankan instruksi dari Aji. Mereka dibagi dalam dua kelompok dan mengikuti prosedur serta langkah yang telah ditetapkan dalam pembuatan layang-layang oleh penyelenggara, pasalnya kebanyakan peserta banyak yang kurang paham tentang pembuatannya.

“Membuat layang-layang, terutama peteng dibutuhkan keahlian dan kesabaran. Jika tidak diberi prosedur dan pendampingan kami khawatir layang-layang yang mereka buat tidak bisa terbang nanti,” tuturnya.

Sementara salah satu peserta, Iqbal, mengaku sangat senang dengan acara yang digelar.

“Saya sangat senang karena bisa bermain rame-rame dengan teman sekampung, karena aktivitas sekolah saya jarang berkumpul dan bermain dengan teman-teman,” katanya.

Saat diterbangkan banyak layang-layang peserta yang tidak dapat terbang dengan sempurna meski angin siang itu sangat bagus, hal itu dikarenakan beberapa layang-layang tidak seimbang dalam saat dibuat. Beberapa yang lain dapat meluncur ke udara dengan mulus, namun beberapa juga ada yang menyangkut pohon di sekitar kebun.

Nampak terlihat juga warga sekitar banyak yang datang untuk menyaksikan dan juga memberi semangat kepada para peserta. (*/Sandi)

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien