Pasar Sepi Pembeli, Penjual Baju di Lebak Menjerit, Dagangan Kalah Saing Sama Online Shop
LEBAK – Suasana lengang mulai menjadi pemandangan biasa di sejumlah pasar tradisional. Para pedagang pakaian yang dulu bisa mengantongi omzet jutaan rupiah per hari, kini harus gigit jari.
Bukan karena kualitas dagangan menurun, tapi karena geliat toko online makin menggila.
Di tengah hiruk-pikuk kemajuan teknologi, nasib pedagang pakaian di pasar tradisional makin terdesak. Sejumlah pedagang mengaku omzet mereka anjlok hingga lebih dari 50 persen dalam beberapa bulan terakhir.
Penyebabnya, tak lain adalah dominasi toko daring yang menawarkan harga murah, diskon besar-besaran, dan pengiriman cepat langsung ke rumah.
“Biasanya sebelum Lebaran saya bisa jualan sampai Rp10 juta dalam seminggu. Sekarang, Rp1 juta aja susah. Orang-orang lebih pilih belanja di online shop, tinggal klik langsung sampai rumah,” ujar Siti, pedagang pakaian di salah satu pasar tradisional di Lebak, Sabtu (5/7/2025).
Fenomena ini bukan hanya dirasakan Siti. Pedagang lain pun mengeluhkan hal serupa.
Mereka merasa tertinggal karena tak semua pedagang punya akses atau kemampuan untuk menjual barang lewat platform digital.
Menurut informasi yang berhasil dihimpun, dalam dua tahun terakhir, jumlah transaksi di pasar tradisional menurun drastis hingga 40 persen.
Sementara itu, tren belanja online terus meningkat, terutama di kalangan anak muda dan ibu rumah tangga.
Tak hanya soal harga, tren fashion yang cepat berganti dan promosi digital yang masif membuat toko-toko fisik sulit bersaing.
Bahkan beberapa kios yang dulu ramai kini tutup gulung tikar karena tak mampu menutup biaya operasional.
“Kalau kami harus jualan online, siapa yang bantu motoin barangnya? Belum lagi harus ngerti aplikasi-aplikasian itu. Kami cuma tahu dagang,” keluh Herman, pedagang pakaian pria.
Kini, para pedagang tradisional hanya berharap ada dukungan nyata dari pemerintah.
Sebab jika tak segera diatasi, pasar tradisional yang selama ini menjadi urat nadi ekonomi rakyat bisa benar-benar mati suri, tergilas zaman. (*/Sahrul).
