Warga Cibadak Lebak Giat Lestarikan Tradisi Nganyaran demi Ketahanan Pangan

 

LEBAK– Di tengah pesatnya modernisasi pertanian, warga Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, justru tetap menjaga salah satu tradisi leluhur: nganyaran, atau penghilangan padi, sebagai bentuk rasa syukur dan penguatan ketahanan pangan lokal.

Tradisi nganyaran, yang dilakukan usai panen raya, menjadi momen penting bagi masyarakat Cibadak untuk menunjukkan rasa syukur atas hasil bumi yang diperoleh.

Prosesi ini bukan hanya mengandung nilai spiritual, tetapi juga menjadi bagian dari kearifan lokal yang mempererat hubungan sosial antar warga.

Menurut salah satu tokoh adat setempat, Patoni nganyaran dilakukan dengan cara membawa sebagian hasil panen ke tempat penyimpanan padi yang disebut leuit, disertai doa bersama dan makan bersama.

Padi yang disimpan tersebut nantinya menjadi cadangan untuk musim tanam berikutnya atau saat masa paceklik tiba.

“Tradisi ini bukan sekadar ritual, tapi juga bentuk kemandirian pangan. Kami ingin anak cucu kami tahu bahwa ketahanan pangan bisa dimulai dari kebiasaan baik seperti ini,” kata dia kepada Fakta Banten usai doa bersama di mesjid setempat, Selasa (10/6/2025).

Upaya ini sejalan dengan program Pemkab Lebak dalam menjaga ketahanan pangan berbasis potensi lokal dan menjaga warisan budaya yang nyaris terlupakan.

Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, nganyaran juga dianggap sebagai simbol solidaritas antar petani, di mana hasil panen dibagi dengan keluarga kurang mampu sebagai bagian dari nilai kebersamaan.

Dengan semangat kolektif dan rasa hormat terhadap warisan leluhur, warga Cibadak terus menjaga tradisi nganyaran agar tetap hidup di tengah zaman yang kian maju.

Bagi mereka, mempertahankan nilai-nilai lokal adalah bagian penting dari menjaga jati diri dan masa depan pangan desa. (*/Sahrul).

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien