Kemkominfo Miliki Mesin Sensor Pornografi, Januari 2018 Mulai Beroperasi
JAKARTA – Sungguh miris dan memprihatinkan melihat data tentang pengakses konten porno di Indonesia. Betapa tidak, angkanya sungguh mengejutkan dan Indonesia berada di deretan atas pengakses porno.
“Indonesia menempati peringkat ke dua di dunia,” kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Masduki Baidhowi, dalam keterangannya pada Silatnas Stakeholders Konten Keislaman yang digelar Lembaga Pentashih Buku dan Konten Keislaman (LPBKI) Majelis Ulama indonesia (MUI), Kamis (7/12) malam, di Jakarta.
Kyai Masduki menjelaskan, Indonesia sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, harusnya malu dengan kondisi ini. “Bagaimana mungkin, negara kita yang mengaku sebagai bangsa yang bertuhan ini, ternyata jumlah pengakses konten pronografi justru menempati urutan kedua di dunia. Kita (RI, red) hanya satu peringkat di bawah Turki,” ujarnya.
Berdasarkan data, kata dia, negara dengan pertumbuhan terbesar di dunia untuk pengakses konten prono adalah Turki dengan angka mencapai 657 persen, disusul Indonsia (457 persen) dan Estonia (142 persen). “Inikan, memalukan dan mengkhawatirkan,” kata dia.
Sebuah data menyebutkan, peringkat Indonesia dalam 10 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Tahun 2005, peringkat Indonesia sebagai pengakses konten porno berada di urutan ke-7 di dunia. Namun memasuki tahun 2007, posisinya naik ke urutan lima. Lalu dari tahun 2009, naik lagi ke urutan nomor tiga dengan jumlah pengakses konten pronografi mencapai 55,2 persen.
“Sejak 2010 hingga sekarang, Indonesia sudah menempati posisi ke dua di dunia,” ujar Kyai Maduki, pengurus yang membidangi Informasi dan Komunikasi PBNU ini.
Hal ini, kata dia, berbanding terbalik denggan data jumlah orang yang gemar membaca. “Negeri ini paling rendah dalam hal minat baca,” ujarnya. Bahkan, kata Kyai Masduki, dalam sebuah data disebutkan, untuk menyamai Australia, bangsa ini tertinggal hingga 50 tahun.
Hal senada diungkapkan Grup Head Corporate Communication Indosat, Deva Rachman. Menurutnya, apa yang disampaikan Kyai Masduki, memang benar adanya. Bahkan, katanya, berdasarkan data yang dimiliki Indosat, konten yang paling sering diakses adalah konten prono.
“Kenyataannya memang seperti itu, pengguna internet di Indonesia, cukup besar yang menggunakan atau menonton konten prono,” terang Deva.
Ditambahkannya, masyarakat Indonesia saat ini sudah sangat keranjingan dalam menggunakan media sosial. “Rata-rata dalam satu hari, mereka menggunakan mobile dan media sosial paling lama, yakni 20 jam per hari. Dan dari data itu, sekitar 15 jam mengakses media sosial untuk hal-hal yang kurang bermanfaat,” ujarnya.
Disebutkannya, media sosial yang paling sering diakses adalah channel Youtube, disusul Instagram, dan kemudian Facebook. “Pengguna Twitter trennya sudah mulai menurun,’ kata dia.
Wakil Ketua Ikatan Penerbit Indonesia Abdul Hakim menjelaskan, minat literasi di Indonesia memang terus mengalami penurunan. “Orang lebih suka baca informasi melalui smartphone dibandingkan buku,” terangnya.
Namun demikian, pihaknya terus mencoba memberikan apresiasi dan penghargaan pada pelaku industri perbukuan yang mampu menghasilkan karya terbaik. “Kami memberikan penghargaan pada pelaku industri yang mampu membuat karya terbaik dengan konten-konten yang terbaik,” ujarnya. (*/Republika)