*) Oleh: Mokhlas Pidono
Lombok, Nusa Tenggara Barat terus didera duka. Gempa yang datang susul menyusul, bertubi-tubi, menjadikan salah satu destinasi wisata masyhur di Nusantara menangis lara.
Sejak gempa berskala richter 7.0 pada 5 agustus lalu, lebih dari 400 jiwa meninggal dunia, ribuan lainnya terluka, belasan bahkan puluhan ribu mengungsi, rumah-rumah roboh, rumah ibadahpun banyak yang menyisakan puing, sungguh kesedihan saudara-saudara kita di Lombok adalah duka kita bersama.
Jutaan orang memanjatkan doa, menengadah pada sang maha kuasa agar melindungi segenap saudara sebangsa di Provinsi tetangga Bali ini. Jutaan lainnya saling menopang dana, mengulurkan donasi, memupuk rasa peduli agar beban saudara kita di Provinsi bergunung Rinjani bisa terbantu dan terkurangi.
Sebagai pegiat sosial yang berkhidmat di Dompet Dhuafa, betapa sejak bencana terjadi rapat segera dihelat, tujuannya mencari cara agar bisa menolong saudara yang terdampak, meninggal atau selamat. Mencoba mencari solusi dan menggugah rasa peduli untuk rakyat yang dipimpin TGB Zainul Majdi.
Tim respon divisi kebencanaan digawangi Disaster management Centre segera meluncur, tim dokter dari Dompet Dhuafa Hospital Network maupun dari Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) silih berganti pulang dan pergi untuk membantu merawat yang terluka, karena tenaga medis memang salah satu yang sangat dibutuhkan di sana.
Biasanya setelah bencana ada fase recovery, untuk Lombok belumlah fase respon selesai, gempa susulan kembali mengguncang, dengan sekala lebih kecil bahkan sama dengan yang terparah di awal agustus lalu, 7.0 skala richter. Masih banyak waktu kita berbagi, masih banyak saudara kita yang menanti bantuan, termasuk penyaluran hewan kurban.
Momentum Idul Adha, sebuah perintah Agama Islam yang meneladani keshalehan Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail menjadi salah satu momentum menggugah rasa, selain menunaikan perintah agama, juga menjadi sarana berbagi dengan sesama.
Kepedulian dengan menawarkan kedermawanan untuk berkurban di Lombok mulai digelorakan. Bangsa Indonesia memang masyarakatnya dermawan, tak heran sejak dikampanyekan Kurban Untuk Lombok, masyarakat berduyun menyambutnya. Menitipkan kurbannya untuk saudara sebangsa yang terdampak bencana di Lombok.
Beberapa hari digaungkan, stok sudah tak bisa menampung animo pekurban, mengukur dan menjaga amanah penyaluran, menjelang hari Idul Adha, kurban untuk Lombok sudah mencapai puncaknya. Betapa masyarakat merasa ikut tersayat, sisi hati dan rasa kemanusiaan membuncah kala saudara kita dirundung duka.
Momen kurban semakin menguatkan bahwa memang ajaran Agama Islam sangat menjadi rahmat bagi sekalian alam, kurban menunjukan sisi kemanusiaan masyarakat bangsa Indonesia, bahwa berbagi dengan sesama yang sengsara adalah lebih utama dari sekedar caci dan perbedaan pendapat dengan saudara satu bendera.
Kita bisa bayangkan, betapa saudara kita di Lombok sana bisa sedikit tersenyum bahagia, bisa membuat sate di pengungisan, bergotong royong menguliti dan mencacah daging kurban, atau sekedar mencicipi kuah gulai di tengah rasa duka yang masih menggelora.
Kurban dan kemanusiaan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan, perintah Allah SWT dilaksanakan, saudara kitapun merasakan setitik kebahagiaan, sungguh indah nian (***)