Berdiskusi dengan Pemuda di Serang, Ini Pendapat Fahri Hamzah Soal Hoax
SERANG – Menyeruaknya isu hoax seolah menjadi fenomena baru di Indonesia, hampir semua pihak mendeklarasikan anti hoax sebagai bentuk perlawanan terhadap isu hoax atau berita bohong yang tengah terjadi di seantero negeri.
Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah pun memberikan tanggapannya terkait fenomena yang terjadi saat ini, saat menggelar diskusi di salah satu cafe di Kota Serang, Kamis (29/3/2018).
Hal tersebut bermula saat sesi diskusi, salah satu peserta sempat menanyakan apa yang sebenarnya sedang terjadi ketika hampir semua pihak dari berbagai elemen menyuarakan anti hoax.
Fahri pun menanggapi persoalan tersebut dan menilai bahwa hal itu terjadi karena Indonesia sekarang sedang mengalami culture baru, sebuah culture yang tidak jelas.
“Sekarang di Indonesia adalah culture orang nggak jelas, mulai dari jenis kelamin sampe pikirannya ga jelas alias dangkal,” ucap menjawab pertanyaan seorang peserta.
“Mikir kayak yang mikir tapi sebenernya ga mikir, nonton (film) Dilan aja susah. Culture ga jelas ini harus dilawan,” lanjutnya.
Karena menurutnya, asumsi sekarang terkait pemimpin itu harus sopan dan santun, itu tidak sesuai dan tidak ia sukai.
“Pemimpin harus santun dan sopan, itu baru sekarang-sekarang aja. Kalau santun dan sopan itu berarti kita ga merdeka. Bilang aja penakut. Itu yang saya ga suka dari culture baru ini,” tegasnya.
Dirinya menyampaikan bahwa hoax terjadi karena penyebabnnya adalah negara ambigu, negara sebagai sumber kegelisahan. Dikatakannya karena yang dipancarkan pemimpinnya adalah kebohongan, kata-kata yang meragukan.
“Fake personality, kepribadian yang palsu dan mengeluarkan kata-kata palsu. Kebohongan seolah menjadi kebiasaan, janji bohong, dan kalau dituntut tidak mau menjawab. Daftar kebohongannya itu parah, tapi dengan kebohongannya itu, dia mau maju lagi. Jadi kepemimpinan yang rusak, maka itu sumber hoax,” ungkapnya.
“Cara dia menutupi itu, maka dia tuduh orang lain yang melakukan hoax, itu kepengecutan lanjutan dari seorang yang tidak jelas,” lanjutnya.
Ia pun sempat menganalogikan sosok Soekarno yang setiap berpidato melalui radio, tapi semua orang berkumpul untuk mendengarnya lewat radio. Hal itu ia nilai sebagai keterpukauan rakyat terhadap sosok Soekarno yang selalu menyebarkan kebenaran, energi yang bertenaga, keberanian, semangat yang membara dan optimisme.
“Pemimpin yang sekarang, seperti film tukang bubur naik haji atau seperti acara lucu-lucuan lainnya,” tandasnya.
Ia menilai bahwa pemimpin seharusnya memiliki jiwa seperti seorang jawara yang menjadi ciri khas Banten. Menurutnya, jawara itu dipersepsikan sebagai seorang yang berani gentlemen dan berani menanggung resiko dari yang dikerjakannya secara terbuka.
Usai acara, kepada awak media ia menjelaskan bahwa yang terjadi saat ini karena pemerintahnya yang terlalu bungkam terhadap persoalan yang terjadi,” Karena pemerintah ya jarang ngomong, ga bener. Ngomong jarang, sekali ngomong salah, itu yang jadi permasalahan,” katanya kepada awak media.
Ia pun meminta agar pemerintah rutin berbicara dan menjelaskan ke masyarakat terhadap persoalan-persoalan yang terjadi, bukan diam dan seolah-olah mengadukan masyarakat.
Saat dikonfirmasi sosok pemimpin yang dibutuhkan oleh Indonesia di Pilpres 2019, ia hanya menjawab singkat,
“Sosok pemimpin yang dibutuhkan Indonesia adalah ia yang memiliki gabungan sosok Soekarno dan Soeharto,” tutupnya. (*/Ndol)