Malam Jumat, Makin Padat Peziarah di Banten Lama

Dprd ied

FAKTA BANTEN – Dalam perjalanannya, sudah sekian lama Banten Lama menjadi objek wisata sejarah yang eksotik dan selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dari Banten, luar daerah bahkan luar Pulau Jawa. Pada bulan atau hari tertentu, pengunjung Banten Lama selalu membludak. Seperti bulan Syawal, Haji, Mulud, Rajab dan Ruwah.

Sementara setiap hari Kamis malam, Jumat dan Minggu pun menjadi hari pilihan bagi para peziarah untuk mengunjungi Masjid Banten Lama ini.

Seperti dalam kunjungan langsung faktabanten.co.id pada Kamis (30/8/2018) malam, meskipun bukan malam Jum’at ketika malam 14 bulan purnama. Namun para peziarah tetap ramai memadati berbagai area di kawasan Banten Lama.

Para peziarah percaya pada malam Jumat tanggal 14 bulan purnama adalah waktu di mana para auliya berkumpul dan bermusyawarah sehingga dikeramatkan, dan bila berziarah pada waktu itu doanya mustajabah. Wallahu alam. Itu kembali kepada niat si pengunjung. Dan perlu juga dipahami, bahwa esensi ziarah adalah untuk mendo’akan orang diziarahi dan agar kita ingat akan kematian.

Meski kesan kumuh masih terlihat, namun upaya penataan, pembangunan dan pemugaran kawasan Banten Lama yang merupakan peninggalan sejarah dan menjadi cagar budaya ini, tengah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Banten. Dari mulai taman di sekitar Menara Banten, normalisasi Kali Banten, dan infrastruktur jalan dari arah Kramatwatu hingga Tasikardi yang tengah dikerjakan.

dprd tangsel

Setelah berziarah, para pengunjung banyak yang shalat dan hanya duduk-duduk di Masjid Agung Banten Lama yang tidak jauh dari lokasi penziarahan. Masjid bersejarah yang berada di Kecamatan Kasemen, Kota Serang ini merupakan peninggalan Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), putera pertama Sunan Gunung Jati.

Konon, dibangunnya Masjid Agung Banten ini bermula dari titah Sunan Gunung Jati kepada Hasanuddin untuk mencari sebidang tanah yang masih suci untuk pembangunan Kerajaan Banten. Hasanuddin lalu shalat dan bermunajat kepada Allah agar diberi petunjuk tentang tanah yang dimaksud ayahandanya. Setelah berdo’a, spontanitas air laut yang berada di sekitarnya menyibak menjadi daratan.

Selanjutnya, Hasanuddin mulai mendirikan Kerajaan Banten dengan mendirikan Masjid Agung, Keraton Surosowan beserta komponen-komponen lainnya, seperti alun-alun, pasar, pelabuhan dan sebagainya.

Masjid yang berdiri sejak tahun 1569 M ini memang kental akan nilai budaya dan sejarah. Tidak heran, kalau banyak peziarah yang kerasan dengan suasana adem ketika berada di dalam atau halamannya. Selain itu, ada keunikan pada masjid ini. Masjid berarsitektur unik, ada perpaduan budaya Hindu Jawa, China dan Eropa. Akan tetapi tetap sarat nilai-nilai Islami lebih kentara.

Hal ini tidak lepas dari tradisi masa lalu, pada saat pembangunan Masjid Agung Banten. Dimana dalam sebuah struktur kota Islam terdapat minimal 4 komponen. Pertama, ada istana sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja-raja. Kedua, Masjid Agung sebagai pusat peribadatan. Ketiga, ada alun-alun sebagai pusat kegiatan dan informasi. Keempat, ada pasar sebagai pusat kegiatan ekonomi. Dan dari keempat komponen ini, yang jejaknya masih kokoh berdiri dan berfungsi hingga saat ini hanya Masjid Agung. (*/Ilung)

Golkat ied