SERANG – Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Ichsan Soelistio berharap momen Nuzulul Qur’an yang diperingati di setiap bulan Ramdhan dijadikan momentum untuk memperkuat kebersamaan dan keragaman antar umat beragama.
Hal itu disampaikan Ichsan dihadapan masyarakat dan sejumlah tokoh agama Kota Serang saat menggelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan, Kamis (21/4/2022) bertempat di Majelis Dzikir Kebun Kebangsaan, Kecamatan Walantaka, Kota Serang.
Karena menurutnya, kebersamaan dan keberagaman dapat mewujudkan kehidupan bangsa yang makmur dan damai atau dalam istilah Islam disebut baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (negeri yang baik dengan Rabb Maha Pengampun).
“Keberagaman yang merupakan anugerah dari Allah SWT harus terus kita jaga, kita rawat, kita kelola dengan baik agar terjadi keharmonisan, yaitu membangun kebersamaan dalan dialog-dialog yang sehat,” ucap Ichsan.
Selain itu, ia pun berharap, jika adanya keberagaman di Indonesia tidak menjadikan sebuah kelompok merasa lebih baik daripada kelompok lainnya.
Pasalnya, lanjut Ichsan, jika setiap keragaman yang ada di masing-masing elemen bangsa Indonesua memiliki kebaikan dan kelebihannya masing-masing.
“Jangan sampai ada diantara kita yang merasa lebih dari yang lain, merasa baik dari yang lain atau bahkan lebih suci dari yang lain. Kita mungkin berbeda dari yang lain, tapi bukan berarti kita merasa lebih dari yang lain,” ungkapnya.
Sementara itu, salah satu Tokoh Agama Kota Serang, KH Matin Syarkowi menuturkan, jika 4 pilar kebangsaan yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi salah satu solusi idelogis untuk meredam faham-faham radikal dan intoleran.
Itu karena, diakui KH Matin Syarkowi, jika tren radikalisme dan intoleransi di Indonesia makin meningkat dari waktu ke waktu sehingga dapat mempengaruhi kedamaian dan ketentraman di Indonesia.
“Realitas radikalisme agama di Indonesia kian hati kian menggelisahkan, khususnya pasca reformasi. Itu dipengaruhi beberapa faktor, terutama konstelasi politik, pidato bermuatan ujaran kebencian serta postingan di media sosial bermuatan ujaran kebencian. Ada banyak solusi mengatasinya, salah satunya yang menjadi pilihan utama adalah solusi ideologis dengan menggiatkan sosialisasi 4 pilar kebangsaan,” ungkap KH Matin.
Diakui KH Matin, jika dirinya heran atas serangkaian kasus teror dan kekerasan di Indonesia yang selalu dibungkus atas nama agama. Padahal menurutnya, tindakan-tindakan kekerasan yang ditampilkan jauh dari sisi humanisme yang bertentangan dengan ajaran agama mana pun.
“Segala yang jahat seperti tindakan membunuh, meneror, membakar, memusnahkan sesama manusia itu anehnya dibingkai atas nama agama. Yang memilukan lagi, ternyata para tokoh, pelaksana eksponen pelaku kekerasan itu adalah orang-orang yang mengaku beragama,” jelasnya.
Untuk itu, ia pun berharap kepada setiap kelompok masyarakat untuk bisa menyadari dan menghayati nilai-nilai dan fungsi Pancasila sebagai idiologi bangsa. Sehingga dapat tercipta rasa kesatuan dan kebersamaan antar warga Indonesia.
“Kehadiran Pancasila sebagai dasar negara untuk menjadi pemersatu keberagaman bangsa Indonesia,” tandasnya. (*/YS)