Pantai Habibi, Wisata Alam Alternatif di Tengah Industri di Puloampel
SERANG – Memasuki masa penyesuaian kehidupan baru pasca pandemi corona, keberadaan Pantai Habibi yang berlokasi di perbatasan Desa Salira dan Desa Mangunreja, Kecamatan Puloampel, Kabupaten Serang tampak ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal, Minggu (21/6/2020).
Pantai yang posisinya terapit padatnya kegiatan industri tersebut, berjarak tidak jauh dari Pantai Salira Indah, pantai primadona masyarakat Banten yang kini sudah berdiri kokoh pembangkit listrik.
Banyak pengunjung yang tampak riang berenang di pantai, tidak sedikit pula yang hanya duduk-duduk santai di atas pasir dan di bawah pohon menikmati panorama keindahan garis pantai berpasir sambil merasakan semilir angin sepoy-sepoy serta lambayan nyiur yang menjadikan suasana teduh. Tampak ada juga para pemancing berjejer di atas daratan hasil reklamasi.
Salah satu pengunjung asal Cilegon, Alfi mengatakan ia sengaja datang ke Pantai Habibi bersama anak isterinya untuk refreshing berlibur di weekend di masa liburan sekolah buah hatinya.
“Ngajak anak liburan, pantainya bagus, ada pulau dan banyak kapal-kapal bagus buat edukasi anak. Di Cilegon mungkin sudah tidak ada garis pantai seperti ini, kalau Anyer kan gak gratis, di sini gratis. Kesannya menyenangkan lihat anak berenang sekaligus belajar tentang alam dan dunia industri di kawasan pesisir,” ujarnya.
Selain menikmati keindahan pantai, ada juga diantaranya wisatawan yang menyewa jasa perahu nelayan setempat untuk menyebrang ke Pulau Salira yang memiliki pasir putih berkarang. Selain berlibur memancing, ada juga yang sengaja datang untuk bakar ikan bersama rombongan. Dari pulau tersebut, wisatawan juga bisa lebih jelas padat dan hilir mudikanya kapal-kapal raksasa industri, dan wisatawan bisa melihat jelas cerobong asap tiga perusahaan pembangkit listrik yang menyorong langit.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Ranting Puloampel, Salimudin mengatakan ia ikut senang dengan keberadaan wisatawan ke pantai yang berdampingan dengan pangkalan nelayan.
“Alhamdulillah kalau tempat kita ramai, mereka senang bisa berlibur kita ikut senang saja. Masuknya gratis, paling kalau mereka nitip kendaraan ke warga sini ngasih alakadarnya. Dan nelayan juga siap antar jemput ke pulau dengan biaya Rp.20.000 per orang,” jelasnya.
Meski demikian, pria yang akrab disapa Kang Salim ini juga menghimbau kepada wisatawan yang datang, untuk bersama-sama menjaga kebersihan laut dan pantai dengan tidak membuang sampah sembarangan.
“Sarana tempat sampah memang belum ada, tapi mari kita jaga keindahan alam yang masih ada ini. Kita jaga pulau, pantai dan ada juga tanah timbul di muara, karena kalau kita masyarakat diam saja tidak merawat, menjaga memiliki bersama, khawatir ada oknum yang menguasainya,” harapnya. (*/Ilung)