SERANG – PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Banten, Tbk atau disebut Bank Banten melaporkan kinerja keuangannya di tahun 2018 pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan di salah satu hotel di Kota Serang, Senin (25/3/2019).
Meski sejumlah indikator kinerja keuangan Bank Banten di tahun 2018 menunjukan perlambatan, namun secara umum tetap tumbuh. Hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit sebesar 7,99 persen, dari semula sebesar Rp5,11 triliun di tahun 2017 menjadi sebesar Rp5,51 triliun pada akhir tahun 2018.
Namun pertumbuhan tersebut masih di bawah pertumbuhan rata-rata perbankan nasional yang tercatat sebesar 12,9 persen di tahun 2018. Bank Banten juga mencatatkan rasio kredit bermasalah (NPL) net pada akhir 2018 sebesar 4,92 persen naik dari sebelumnya Rp 4,67 persen. Sementara rasio kecukupan modal (KPMM) tercatat 10,04 persen.
Dalam kegiatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di sepanjang tahun 2018, Bank Banten mencatat pertumbuhan dan meningkat sebesar 19,84 persen, yakni dari Rp5,55 triliun pada 2017 menjadi Rp6,66 triliun pada 2018.
Dengan perkembangan tersebut, per Desember 2018, total aset Bank Banten tercatat sebesar Rp 9,48 triliun, atau meningkat 23,80 persen secara year on year dari sebelumnya Rp 7,66 triliun pada 2017.
“Hal ini dipengaruhi dari dampak ekonomi global dan kondisi industri perbankan nasional yang terpengaruh dari normalisasi kebijaksanaan moneter Amerika Serikat dan situasi geopolitik,” ujar Direktur Utama Bank Banten, Fahmi Bagus Mahesa, dalam siaran persnya.
Meski alami pertumbuhan, Bank Banten pada tahun 2018 ternyata mengalami kerugian bersih Rp 100,13 miliar. Kerugian tahun 2018 lebih besar dari tahun 2017 sebesar Rp 76,25 miliar.
Peningkatan rugi disebabkan karena penurunan pendapatan bunga bersih dari Rp 173,05 miliar pada 2017 menjadi Rp 135,57 miliar pada 2018. Margin bunga bersih (NIM) Bank Banten tergerus dari 3,07% pada 2017 menjadi 1,96% pada 2018.
Bank milik Pemprov Banten ini juga mencatatkan penurunan pendapatan operasional selain bunga dari Rp 81,9 miliar menjadi 55,62 miliar. Penurunan ini disebabkan pada pendapatan berbasis komisi dari Rp 69,12 miliar menjadi Rp 49,36 miliar.
“Harus ada Iangkah strategis untuk melakukan penguatan permodalan, peningkatan kualitas jaringan dan layanan, pengembangan produk dengan dukungan SDM yang profesional, serta penguatan teknologi informasi untuk mendukung perbaikan kinerja,” ujar Plt Komisaris Utama Bank Banten Media Warman.
Memasuki era digitaIisasi perbankan, dikatakan Media Warman, Perseroan terus berupaya untuk meningkatkan sistem teknologi dan menciptakan inovasi demi memberikan kemudahan nasabah serta pengembangan Internet Banking dan pengembangan produk.
“Kami juga terus mengembangkan integrated payment system untuk meningkatkan layanan yang sesuai dengan kebutuhan nasabah pemerintahan atau institusi,” tukasnya. (*/Red)