Surati Presiden, Warga Suku Baduy Minta Tujuan Destinasi Wisata Dikaji Ulang

Hut bhayangkara

 

Penulis: Alya Hanifah Andriani, Mahasiswi Pendidikan IPS UIN Jakarta

Suku Baduy, merupakan suku yang terletak di wilayah Banten. Terkenal sebagai suku yang menolak modernisasi dan sangat menjaga warisan adat moyang mereka telah menjadi sorotan karena keputusan mereka yang mengharukan pada 6 Juli 2020.

Keputusan ini bukan sembarangan permintaan, melainkan sebuah tindakan serius yang mencerminkan hasrat mendalam mereka untuk melindungi warisan adat dan lingkungan alam mereka.

Suku Baduy telah memohon kepada pemerintah, terutama kepada Presiden Joko Widodo, untuk menghapus wilayah mereka dari peta destinasi wisata nasional.

Salah satu alasan kuat di balik permintaan ini adalah dampak kunjungan wisatawan yang dianggap berlebihan.

Meskipun pariwisata dapat memberikan manfaat ekonomi, namun kunjungan berlebihan telah membawa masalah baru bagi masyarakat Baduy.

Akumulasi sampah di kawasan mereka dan penyebaran foto-foto wilayah Baduy Dalam di internet adalah masalah yang sangat merugikan.

Baduy Dalam adalah kawasan yang memiliki nilai sakral, dan seharusnya pengunjung dilarang mengambil foto di sana. Hal ini merupakan pelanggaran serius terhadap keyakinan dan adat istiadat suku Baduy.

Selain masalah sampah dan privasi, warga Baduy juga merasa tidak nyaman karena mereka telah menjadi objek tontonan wisatawan. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan yang datang tanpa tujuan jelas, selain sekadar untuk “mengintip” kehidupan suku Baduy, membuat masyarakat merasa risih. Ini adalah pelanggaran atas hak mereka untuk hidup dalam damai dan privasi.

Penghapusan Baduy dari peta wisata nasional adalah langkah yang sejalan dengan keinginan Heru Nugroho, yang diamanatkan oleh Lembaga Adat Baduy untuk mencari solusi atas masalah-masalah ini.

Keputusan ini bukanlah tindakan sembarangan semata, melainkan upaya serius untuk melindungi warisan budaya dan lingkungan alam yang sakral bagi masyarakat Baduy. Ini adalah langkah positif yang menunjukkan komitmen pemerintah untuk mendengarkan aspirasi suku Baduy.

DPRD Pandeglang

Tentu saja, langkah ini mungkin memicu kontroversi. Beberapa pihak mungkin berpendapat bahwa pariwisata adalah sumber potensi pendapatan yang penting, dan penghapusan Baduy dari peta destinasi wisata nasional dapat berdampak negatif pada sektor pariwisata.

Namun, inilah saatnya untuk berpikir lebih dalam tentang bagaimana kita bisa menjaga keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan perlindungan lingkungan serta warisan budaya.

Loading...

Dalam merangkai solusi untuk konflik antara kebutuhan dan perlindungan warisan suku Baduy, perlu adanya langkah-langkah bijak dan hati-hati yang harus diambil untuk menemukan solusi yang memadai bagi semua pihak. Agar mencapai keseimbangan yang diinginkan.

Diskusi lebih lanjut adalah langkah yang diperlukan untuk memahami kompleksitas isu ini. Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk merenungkan dengan serius permohonan suku Baduy ini.

Bagaimana kita bisa melindungi warisan budaya dan lingkungan alam yang berharga sambil tetap memahami aspirasi masyarakat Baduy. Pertama-tama pemerintah dapat mempertimbangkan pembentukan tim khusus yang terdiri dari perwakilan suku Baduy, pemerintah, dan pakar pariwisata untuk merancang kebijakan yang menjaga keseimbangan.

Tim tersebut dapat merancang peraturan ketat terkait jumlah maksimal kunjungan wisatawan ke wilayah Baduy dalam satu waktu. Pembatasan ini dapat membantu mengurangi dampak negatif akibat peningkatan jumlah kunjungan, seperti akumulasi sampah dan pelanggaran privasi.

Selain itu, pengaturan kunjungan dapat dilakukan dengan memperkenalkan sistem reservasi, sehingga setiap kunjungan dapat dipantau dan dikontrol.

Aturan ketat terkait pemotretan juga perlu diterapkan. Hal ini dapat mencakup larangan pemotretan juga perlu diterapkan. Hal ini dapat mencakup larangan pemotretan di beberapa area yang dianggap sakral, serta penegakan sanksi bagi wisatawan yang melanggar aturan ini. Dengan demikian, keaslian dan keberlanjutan warisan budaya Baduy dapat tetap terjaga.

Sebagai langkah lanjutan, pemerintah dapat memberikan pelatihan dan dukungan finansial kepada suku Baduy untuk mengembangkan usaha keberlanjutan yang sesuai dengan nilai dan kepercayaan mereka.

Proyek-proyek ini dapat mencakup pengembangan kerajinan tangan tradisional, pertanian organik, atau kegiatan lain yang tidak hanya melestarikan warisan budaya mereka tetapi juga memberikan alternatif ekonomi yang berkelanjutan.

Selain itu, pendidikan menjadi kunci penting dalam mengubah persepsi dan perilaku wisatawan. Program edukasi tentang keberlanjutan lingkungan dan keberagaman budaya Baduy dapat diintegrasikan dalam paket wisata. Ini tidak hanya akan meningkatkan kesadaran wisatawan, tetapi juga menciptakan pengalaman yang lebih berarti dan mendalam.

Penting juga untuk menjaga dialog terbuka antara pemerintah, masyarakat, dan suku Baduy. Pertemuan rutin dan forum diskusi dapat membantu mengatasi perbedaan pandangan dan menemukan solusi bersama. Keberlanjutan ekonomi dan perlindungan lingkungan dapat dicapai melalui kolaborasi yang kokoh dan saling pengertian.

Selain itu, pendidikan dan promosi tentang pentingnya menjaga keberlanjutan lingkungan dan warisan budaya bisa menjadi bagian dari solusi. Dengan meningkatkan kesadaran dan pengertian wisatawan tentang budaya dan alam Baduy, kita dapat mengurangi dampak negatif dari kunjungan pariwisata.

Sebagai kesimpulan, upaya untuk mencapai keseimbangan antara pengembangan pariwisata, perlindungan lingkungan, dan pelestarian warisan budaya suku Baduy membutuhkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan. Melalui regulasi yang bijak, pengembangan usaha berkelanjutan, pendidikan, dan dialog terbuka, Indonesia dapat memimpin contoh pariwisata bertanggung jawab yang menghargai keanekaragaman budaya dan alamnya. Dengan demikian, kita dapat menjaga keberlanjutan ekonomi dan warisan budaya yang begitu berharga bagi bangsa ini.

Terakhir, kita harus mengingat bahwa Baduy adalah salah satu dari sedikit suku pribumi yang masih menjaga tradisi dan adat istiadat mereka dengan sangat konsisten. Mereka adalah penjaga penting dari keanekaragaman budaya Indonesia. Oleh karena itu, upaya untuk melindungi mereka harus menjadi prioritas.

Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah, masyarakat, dan suku Baduy harus bekerja sama untuk menemukan solusi yang menghormati nilai-nilai dan aspirasi suku Baduy sambil tetap memastikan keberlanjutan ekonomi dan perlindungan lingkungan.

Ini adalah peluang bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa pariwisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan dapat menjadi kenyataan, dan bahwa kami dapat menjaga warisan budaya yang berharga sambil meraih manfaat ekonomi. ***

Ks rc
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien