14 Tahun Kota Tangerang Selatan, Begini Awal Penetapannya dan Airin Walikota Pertama
TANGERANG SELATAN – Tangerang Selatan atau yang biasa dikenal dengan Tangsel adalah sebuah kota yang terletak di Provinsi Banten, Indonesia. Awalnya, kota ini termasuk dalam wilayah karesidenan Batavia yang telah ada pada zaman penjajahan Belanda. Kemudian, berkembang menjadi bagian dari Kabupaten Tangerang.
Lalu, pada 2008, Kota Tangerang Selatan mulai menjadi kota mandiri. Pembentukan wilayah ini sebagai kota otonom berawal dari keinginan warga di kawasan Tangerang Selatan untuk menyejahterakan masyarakat.
Warga setempat merasa kurang diperhatikan oleh pemerintah Kabupaten Tangerang sehingga banyak fasilitas yang terabaikan. Atas dasar ini, akhirnya dilakukan perundingan dan dibuatlah sebuah Undang-Undang pendirian Tangerang Selatan, yaitu UU Nomor 51/2008 pada 26 November 2008, seperti dilansir jdih.bumn.go.id.
Akhirnya, pembentukan Kota Tangerang Selatan diresmikan Menteri Dalam Negeri Indonesia ketika itu, Mardiyanto dengan 7 kecamatan hasil pemekaran dari Kabupaten Tangerang yang telah disetujui oleh DPRD Kabupaten Tangerang pada 27 Desember 2006.
Tujuh kecamatan tersebut meliputi kecamatan Ciputat, Ciputat Timur, Pamulang, Pondok Aren, Serpong, Serpong Utara, dan Setu. Pusat pemerintahan Kota Tangerang Serta berada di Kecamatan Ciputat.
Pemimpin tertinggi pemerintah Kota Tangerang Selatan dipegang oleh seorang wali kota. Airin Rachmi Diany menjadi orang pertama yang menjabat sebagai Walikota Tangerang Selatan selama dua periode bersama wakilnya, Benyamin Davnie.
Kini, Benyamin Davnie naik jabatan menjadi Wali Kota Tangerang Selatan yang mulai menjabat sejak 26 April 2021 bersama wakilnya, Pilar Saga Ichsan.
Geografis Tangerang Selatan
Melansir biropemerintahan.bantenprov.go.id, Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten dengan titik koordinat 106’38’–106’47’ BT dan 06’13’30’–06’22’30’ LS. Kota ini terletak 30 kilometer sebelah barat Jakarta dan 90 kilometer sebelah tenggara kota Serang atau ibukota provinsi Banten.
Wilayah ini dilintasi oleh Kali Angke, Kali Pesanggrahan, dan Sungai Cisadane sebagai batas administrasi kota di sebelah barat.
Tangerang Selatan dengan luas 164,86 kilometer persegi pun menjadi salah satu daerah yang menghubungkan Provinsi Banten dengan Provinsi Jawa Barat.
Sebagian besar wilayah Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dan memiliki topografi yang relatif datar dengan kemiringan tanah rata-rata 0-3 persen, sedangkan ketinggian wilayah antara 0-25 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan begitu, kota ini merupakan daerah yang relatif datar.
Akibatnya, sebagian kecamatan memiliki lahan yang bergelombang, seperti di perbatasan antara Kecamatan Setu dan Kecamatan Pamulang dan sebagian di Kecamatan Ciputat Timur.
Kondisi geologi Tangerang Selatan umumnya adalah batuan alluvium yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, dan bongkah. Jenis batuan ini mempunyai unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik sehingga wilayah ini masih cukup layak untuk melakukan aktivitas perkotaan.
Sementara itu, umumnya tanah wilayah Tangerang Selatan berupa asosiasi latosol merah dan latosol coklat kemerahan yang secara umum cocok untuk pertanian atau perkebunan. Namun, kenyataannya semakin banyak yang merubah penggunaan tanah tersebut untuk kegiatan non-pertanian.
Kota Tangerang Selatan memiliki iklim tropis dengan tipe (Af) yang mempunyai intensitas curah hujan tinggi, yaitu sekitar 1.800–2.200 milimeter per tahun. Temperatur udara kawasan ini berada di sekitar 23,4-34,2 derajat Celcius dengan rata-rata kelembaban udara sebesar 80 persen dan intensitas matahari sebesar 49 persen.
Dengan iklim dan temperatur udara seperti itu, Tangerang Selatan memiliki udara yang tergolong panas. (*/Tempo)