Reses di Baros, Anggota DPRD Banten Ini Greget Lihat Produk Olahan Lele Ini

Sankyu

SERANG – Wakil Ketua DPRD Provinsi Banten yang juga koordinator Komisi II, Muflikhah, greget melihat produk olahan dari ikan lele yang dibuat salah seorang ibu anggota PKH di Kampung Parumasan Kaibon RT 09/04, Desa Sidamukti, Kecamatan Baros, Kabupaten Serang, saat reses di kampung tersebut pada Rabu (15/11/2017).

Menurutnya olahan lele menjadi kerupuk tersebut adalah ide kreatif memaksimalkan nilai ekonomis dari hewan yang banyak diternakkan di daerah tersebut.

“Ini yang pertama, saya belum pernah reses ke sini kemudian sesuai dengan Dapil saya di Kabupaten Serang, kemudian ada yang saya banggakan dengan hasil Ibu Maemunah, kerupuk ikan lele,” kata Muflikhah kepada awak media.

Baca Juga : Permudah Layanan Administrasi untuk Database Kependudukan Provinsi Banten yang Lebih Baik

Ia mengatakan, selaku Koordinator Komisi II DPRD Banten, dirinya akan menjembatani kreativitas masyarakat tersebut dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Dinas Koperasi dan UMKM agar organisasi perangkat daerah (OPD) tersebut mempunyai program yang jelas.

“Ternyata di lapangan ada seperti ini, ini ikan lele lho bukan kerupuk udang yang biasa, mudah-mudahan bisa ditangkap oleh dinas terkait dan akan menjadi bagian dari kegiatan pemberdayaan perempuan untuk memperkaya penguatan ekonomi rakyat,” jelas Muflikhah.

Sekda ramadhan

Ia juga berharap, agar OPD terkait tidak saling beradu ego, namun juga bisa bersinergi untuk meningkatkan ekonomi masyarakat Banten.

“Semuanya saling rangkul dan mendukung agar ekonomi masyarakat Banten semakin hari semakin kuat,” tegasnya.

Sementara itu, Maemunah mengatakan, dirinya telah memproduksi kerupuk lele tersebut selama satu tahun terakhir dengan sasaran pasar warung-warung kecil yang ada di Kecamatan Baros.

“Baru satu tahun produksi. Kerupuk ini dari ikan lele yang udah besar, dari pada dibuang, saya manfaatkan jadi kerupuk lele, harga satu kilonya Rp 20.000 sampai Rp 25.000, dijual di warung-warung sekitar aja,” ungkapnya.

Meski demikian, ia mengaku kesulitan untuk menjual kerupuk lele tersebut ke luar daerah, lantaran produk tersebut belum mendapatkan sertifikasi dari Departemen Kesehatan RI.

“Penjualan baru di warung kecil aja di sekitar Baros karena belum ada lebel dari Depkes, udah sempat ngajuin (sertifikasi lebel – red) tapi belum turun. Kendalanya pemasaran aja, alat juga belum ada mesin potong dan mungkin juga modal karena sekarang masih kecil-kecilan aja,” pungkasnya. (*/Yosep)

Honda