Soal Dugaan Korupsi di Krakatau Steel, Silmy Sebut Blast Furnace yang Mangkrak

JAKARTA – PT Krakatau Steel (Persero) Tbk buka suara terkait tudingan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir indikasi korupsi dan tumpukan utang hingga US$2 miliar.

Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menjelaskan tren kenaikan utang terjadi sejak 2011 sampai 2018. Jika diakumulasi jumlahnya sebesar Rp31 triliun.

Silmy mengakui utang disebabkan pengeluaran investasi yang belum memberikan hasil sesuai target perusahaan. Proyek itu adalah blast furnace yang diinisiasi pada 2008 lalu.

“Proyek blast furnace memasuki masa konstruksi pada 2012, jauh sebelum saya bergabung di Krakatau Steel pada akhir 2018. Manajemen saat ini sudah mendapatkan solusi agar fasilitas atau pabrik yang tadinya mangkrak bisa jadi produktif,” ungkap Silmy dalam keterangan resmi, Selasa (28/9/2021).

Saat ini, Silmy mengatakan sudah ada dua calon mitra strategis untuk bekerja sama dalam proyek blast furnace. Ia menargetkan proyek itu berjalan pada 2022 mendatang.

“Pengoperasian blast furnace nantinya akan menggunakan teknologi yang memaksimalkan bahan baku dalam negeri yaitu pasir besi. Penggunaan pasir besi ini akan menghemat biaya produksi dan menurunkan impor bahan baku dari luar negeri yaitu iron ore,” jelas Silmy.

Sementara, ia mengklaim seluruh upaya perbaikan tata kelola perusahaan didukung dengan penerapan ISO 37001:2016 sejak Agustus 2020 lalu. Penerapan ISO 37001:2016 dilakukan untuk mencegah dan memberantas korupsi.

“Kaitan adanya indikasi penyimpangan atau korupsi di masa lalu tentu menjadi perhatian manajemen. Fokus saya ketika bergabung adalah mencarikan solusi dan melihat ke depan agar Krakatau Steel bisa selamat terlebih dahulu,” tutur Silmy.

Sebelumnya, Erick menyebut terdapat indikasi di Krakatau Steel. Indikasi itu muncul dari utang perusahaan yang mencapai US$2 miliar. Erick menjelaskan utang itu berasal dari investasi Krakatau Steel yang mencapai US$850 juta. Perusahaan sebelumnya menginvestasikan dana tersebut dalam proyek blast furnace.

“Krakatau Steel, punya utang US$2 miliar. Salah satunya investasi US$850 juta dari proyek blast furnace yang hari ini mangkrak. Pasti ada indikasi korupsi,” ungkap Erick.

Ia mengatakan pihaknya akan mengejar pihak-pihak yang merugikan perusahaan pelat merah. Seluruh proses bisnis yang salah, kata Erick, harus diperbaiki. (*/CNN)

Honda