Tanpa Dunia Islam, Venesia Hanyalah Kampung Nelayan

JAKARTA – Bagi Venesia, hubungan dagang dengan dunia Islam sangatlah penting. Bahkan, seperti ditegaskan Walter Denny, profesor seni dari Universitas Massachusetts da lam artikel berjudul ‘’Venesia dan Dunia Islam’’, tanpa bermitra dagang dengan Muslim, kejayaan Venesia tidak pernah ada.

Tanpa menjalin hubungan dengan dunia Islam, Venesia hanyalah se buah kampung nelayan. Berkat kontribusi dunia Islam, Venesia berkembang menjadi kota maritim yang mampu mendominasi perdagangan di kawasan Mediterania sejak abad ke-12 hingga ke-16. Kala itu, sutra, rempah-rempah, karpet, keramik, mutiara, kristal, dan logam tiba di Venesia dari Timur.

Sebaliknya, barang-barang, seperti garam, kayu, linen, wol, beledu, dan amber tiba di kota-kota pelabuhan dunia Islam. Tak hanya mengangkut barang dagang an, kapal-kapal dari Venesia juga dimanfaatkan Muslim di Tunis, Djerba dan Alexandria untuk mengangkut para jamaah haji ke Makkah.

Pedagang dan penjelajah asal Venesia, Marco Polo, adalah salah satu tokoh yang menyebarkan informasi rinci mengenai dunia Timur ke Eropa. Lahir pada 15 September 1254, Marco Polo pernah mengunjungi Timur Tengah dan menelusuri Jalan Sutra. Ia pergi ke Cina pada masa pemerintah an Dinasti Mongol.

Marco Polo terkenal karena kisah-kisahnya yang sangat menarik dan aneh bagi bangsa Eropa pada masa itu. Dalam salah satu kisahnya, Marco Polo mengaku bertemu unicorn atau kuda bertanduk satu di Pulau Sumatra. Rupanya, yang ditemui Marco Polo bukanlah kuda bertanduk satu, melainkan badak Sumatra.

Tak hanya Marco Polo. Kisah-kisah menarik tentang dunia Timur juga diceritakan banyak pedagang dan petualang Ve nesia lainnya. Banyak dari mereka yang meng ungkapkan ketertarikannya terhadap dunia Islam. Seorang pemuda Venesia bernama Alessandro Magno membuat lukisan tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Muslim di Alexandria dan Kairo. Magno juga bercerita, banyak pemuda dan bangsawan Venesia yang menghabiskan waktu ber tahun-tahun untuk belajar bahasa Arab.

Sejumlah tempat di Venesia secara jelas menunjukkan eratnya hubungan kota ini dengan dunia Islam pada masa lalu.

Sejarawan dari Universitas Cambridge, Inggris, mengatakan, jika ingin melihat beberapa peninggalan Islam di Venesia maka berdirilah di alun-alun yang berada di depan Basilika Santo Markus. Di salah satu sisi alun-alun ini, terdapat Istana Doge. Bangunan megah bertingkat tiga ini meniru gaya Masjid Ibnu Tulun di Kairo.

Desain eksterior istana ini juga memiliki kemiripan dengan aula pengadilan dan Masjid Sultan al-Nasir Muhammad di Kairo. Hal itu karena salah seorang utusan Venesia pada saat itu, Nicolo Zen, membawa pulang gambar karya-karya arsitektur di Kairo setelah kunjungannya ke Mesir pada 1344.

Tak jauh dari istana itu, berdiri gagah Torre dell ‘Orologio, menara jam raksasa yang pembuatannya terinspirasi dari risalah tentang kinerja robotika karya ilmuwan Muslim, Al-Jazari. Sejarawan Muslim Ibnu Jubayr menyebutkan, jam yang sama mekanismenya telah dibuat di Masjid Agung di Damaskus. Di belakang jam raksasa itu terdapat Caffé Florian, sebuah tempat yang mirip dengan rumah kopi di Istanbul, Turki.

Dari depan Basilika Santo Markus, melangkahlah ke Grand Canal. Di salah satu sisi Grand Canal ini terdapat galeri Accademia yang penuh dengan karya re ferensi dari para cendekiawan Muslim.

Selain Istana Doge, ada dua istana lain di Venesia yang kental dengan nuansa Islam, yakni Istana Ca’Dario dan Istana Ca’d’Oro. Pembangunan Istana Ca’Dario berawal dari kekaguman diplomat Venesia, Giovanni Dario, saat melakukan misi ke Kairo pada abad ke-15. Konon, ia terkagum-kagum pada kemegahan Istana Amir Bashtak al-Nasiri. Seperti halnya Istana Ca’Dario, Istana Ca’d’Oro pun sarat dengan sentuhan gaya arsitektur Mesir.(*)

Sumber: republika.co.id

Honda