CILEGON – Kecewa terhadap keputusan DPD yang memberhentikan Endang Efendi dari jabatan Ketua DPRD Kota Cilegon, pengurus dan kader Partai Golkar Kecamatan Pulomerak dan pendukung Endang Efendi di Dapil III ramai-ramai menyatakan diri mengundurkan diri secara serentak keluar dari kepengurusan dan keanggotaan Golkar.
“Kami kecewa dengan keputusan itu, makanya kami PL Suralaya Golkar sepakat menyatakan mengundurkan diri menjadi pengurus dan keanggotaan Partai Golkar Kecamatan Pulomerak,” ungkap Bahrudin selaku Ketua PL Partai Golkar Kelurahan Suralaya Kepada Fakta Banten, Senin (1/3/2020).
Selain pengurus PL Golkar Kelurahan Suralaya yang mengundurkan diri menjadi pengurus Bahrudin menjelaskan bahwa sebelumnya ketua Pengurus Kecamatan Alfayan juga mengundurkan diri dengan mengundurkan diri Ketua PK Pulomerak partai Golkar dapat dipastikan semakin keropos.
“Setelah Abah Sahruji sebagai Sesepuh partai Golkar hengkang dan diikuti oleh pengurus PK dan PL se Kecamatan Pulomerak Golkar semakin keropos dan saya yakin di Pileg yang akan di gelar pada tahun 2024 mendatang kursinya semakin merosot bahkan saya juga yakin perolehan kursinya paling banter empat kursi,” ungkapnya.
“Terus terang semenjak tokoh Golkar yakni Abah Sahruji hengkang di tambah Putranya yakni Endang Efendi diturunkan menjadi Ketua Dewan tanpa adanya kesalahan. Ini menandakan kalau Ketua DPD II partai golkar yakni dipimpin oleh Ratu Ati Marliati tidak pandai dalam mengelola Partai dan terkesan baperan,” lanjutnya.
“Pokoknya mah, Partai Golkar sudah tidak ada lagi geregetnya lagi, sudah ketuanya baperan, eh menurunkan kader terbaik (Endang Efendi) tanpa ada kesalahan, lucu banget. Saya yakin kalau memimpin dengan gaya baperan. Saya yakin partai golkar akan tumbang dan hanya menjadi kenangan saja,” tukas Bahrudin.
Bahrudin berujar, masyarakat Kota Cilegon sudah paham bahwa pencopotan saudara endang dari Ketua DPRD Cilegon itu adalah efek dari kekalahan calon Golkar Cilegon pada pilkada 2020 lalu oleh Partai Berkarya dan PKS, Efek dari tidak mendukungnya Abah Sahruji kepada calon yg diusung partai Golkar dan sentimen pribadi kepada saudara Endang Efendi.
“Dengan pencopotan saudara Endang Efendi dari Ketua DPRD Cilegon yang tanpa adanya “REASON LOGIS”atau kesalahan yang mendasar atau Sebagaimana yg tertuang pada UUD MD3 adalah indikator awal kehancuran partai golkar Kota Cilegon,” ungkap Bahrudin.
Sementara itu Dr Suwaib Amiruddin pengamat politik sekaligus sebagai Dosen Sosiologi pada Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten menyayangkan langkah yang diambil oleh pengurus DPD II Partai Golkar Kota Cilegon. Menurutnya keputusan yang diambil yakni memberhentikan kader terbaiknya (Endang Efendi – Red) dari kursi ketua dewan itu terlalu prematur.
“Langkah yang diambil pengurus DPD II partai Golkar Kota Cilegon yang memberhentikan Pak Endang dari Ketua Dewan ini bisa berdampak buruk bagi perkembangan partai Golkar itu sendiri. Dan bisa jadi kedepannya perolehan kursi di legislatif semakin berkurang,” katanya saat di hubungi via selulernya.
Suwaib menambahkan, seyogyanya pengurus DPD II golkar Cilegon merangkul kadernya pasca Pilkada jangan mengambil langkah terlalu cepat apalagi sampai melakukan pemecatan lebih bagus pengurus mendinginkan suasana pasca pilkada.
“Pilkada itu bukan akhir segalanya, kan ada Pilkada sesi berikutnya. Jadi sebaiknya pengurus merangkul kadernya dan mendinginkan suasana pasca pilkada bukan ambil langkah pecat memecat. Menurut saya suatu hal yang wajar jika para kader itu berbeda dukungan apalagi yang maju dalam pilkada lalu itu juga kader partai golkar. Jadi kalau ini terus dilakukan oleh para pengurus kedepannya saya yakin
partai Golkar dapat di pastikan di tinggal konstituennya dan perolehan kursinya pada 2024 akan merosot,” tutupnya. (*/Red)