CILEGON – Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perindustrian RI terus mendorong kelanjutan kerjasama POSCO dengan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. untuk merealisasikan peta jalan pengembangan klaster baja 10 juta ton di Kota Cilegon.
Peta jalan pengembangan klaster industri baja 10 juta ton dituangkan dalam nota kesepahaman antara POSCO dan Krakatau Steel yang dilaporkan POSCO ke Presiden Jokowi di sela kunjungan Presiden ke Korea Selatan pada tahun 2016 lalu.
Namun visi ini sepertinya bertolak belakang dengan keinginan masyarakat lokal Kota Cilegon, setidaknya tergambar dari sikap yang diwakili oleh PB Al-Khairiyah, selaku perguruan pendidikan terbesar di Banten.
Ketua Umum PB Al Khairiyah, Ali Mujahidin, menilai, kontrak kerjasama Krakatau Steel dengan POSCO harus jadi perhatian serius untuk dievaluasi. Mengingat selama ini tidak banyak keuntungan yang didapat oleh Krakatau Steel demi memajukan industri baja nasional.
Dijelaskan pria yang akrab disapa Mumu ini, bahwa investasi Krakatau Steel di PT Krakatau Posco adalah berupa lahan produktif, jadi nilainya akan terus naik setiap tahunnya.
Sementara meski POSCO sebagai mayoritas pemegang saham, namun bentuk investasinya adalah aktiva yang bisa mengalami penyusutan.
“Investasi Posco adalah, engineering, procurement, konstruksi EPC dalam bentuk rangkaian konstruksi sipil, mekanikal elektrikal SME, teknologi dan biaya modal kerja produksi yang sebagian besar secara komersial setiap tahunnya akan terus mengalami penyusutan,” jelas Mumu.
Sehingga Mumu berharap, pemerintah bisa mengkaji ulang Joint Venture Company (JVC) tersebut, karena menurutnya, secara jangka pendek sebenarnya pihak Korea Selatan (POSCO) sudah meraup keuntungan terlebih dahulu. Setidaknya ini terlihat dari proses awal konstruksi dan pembangunan, diketahui lebih banyak vendor perusahaan asal Korea Selatan.
Diketahui, pengembangan klaster baja di Cilegon adalah kelanjutan dari kerja sama patungan Krakatau Steel dan POSCO yang menginvestasikan US$ 3 miliar untuk mendirikan pabrik peleburan baja PT Krakatau Posco berkapasitas 3 juta ton pada awal tahun 2011 lalu. (*)