Budayawan: CEC Melemahkan Budaya Asli Cilegon

Sankyu

CILEGON– Penyelenggaraan Cilegon Etnic Carnaval (CEC) yang secara rutin digelar oleh Pemkot Cilegon setiap tahun selain disambut antusias sebagian masyarakat yang menyaksikan, ada juga sebagian yang mengeluhkan dan mengkritiknya.

Seperti keluhan karena kemacetan dan ditutupnya akses jalan karena acara tersebut, yang diungkapkan oleh warga Kecamatan Purwakarta, Supandi Bary menuliskannya di akun Facebooknya.

“Tidak jelasnya katanya tontonan buat masyarakat kenapa semua jalurnya ditutup. Terus lewat mana ini nontonnya,” tulisnya.

Bahkan dalam acara pementasan seni budaya yang menampilkan kebudayaan dari berbagai daerah di Indonesia dan sebagian negara lain yang biayanya dari APBD Cilegon, dikritik oleh budayawan Nawawi Sahim. Nawawi yang juga sebagai tokoh masyarakat Cilegon ini menilai CEC tidak ada manfaat bagi masyarakat Cilegon.

“Hal yang tidak lumrah mengadakan pawai etnik di Cilegon apabila menggunakan dana APBD. Sangat melemahkan budaya Cilegon. Kami sebagai budayawan Cilegon, ini harus ditinjau ulang, karena gak ada manfaatnya sama sekali untuk Cilegon. Apalagi kita mengkampanyekan budaya Korea dan seolah melegitimasi budaya mereka di sini,” ungkapnya, kepada faktabanten.co.id.

“Sehingga lama-lama budaya Cilegon ini akan habis, terkikis,” imbuhnya.

Menurut pria yang akrab disapa Mang Haji Wawi ini, sejauh ini Pemkot Cilegon dianggap masih sangat minim dalam melakukan pembinaan yang serius terhadap kebudayaan asli Cilegon.

Sekda ramadhan

“Sementara mana pembinaan budaya terhadap daerahnya sendiri, padahal (acara CEC) itu uangnya rakyat Cilegon, bukan Korea. Sangat minim pembinaan, kalau ada mana?,” jelasnya.

Untuk itu, Nawawi mendesak Pemkot Cilegon khususnya Dinas Budaya dan Pariwisata membuat program membina kebudayaan asli Cilegon sebagai bentuk tanggung jawab untuk mengembangkan budaya daerahnya sendiri.

“Harusnya dituangkan dalam program termasuk APBD nya, sehingga pembinaan itu terarah dan setiap tahun bisa terukur. Nah ini pembinaan terhadap daerah sendiri tidak ada tapi budaya asing justru pakai APBD dan dipertontonkan ke orang Cilegon, sangat miris. Ini jangan-jangan hanya bisnis EO dengan oknum orang dinas,” bebernya.

Mang Haji Nawawi berharap dalam Pilkada Cilegon nanti, agar masyarakat Cilegon lebih selektif dalam memilih calon. Sehingga melahirkan pemimpin yang memahami betul akan budaya asli Kota Cilegon.

“Ke depan pemimpin Cilegon harus yang paham budaya asli Cilegon, karena budaya ini merupakan identitas daerah. Harapan kami, CEC ini harus ditinjau ulang agar ditiadakan atau diganti dengan mengkampanyekan budaya Cilegon saja. Masih banyak budayawan-budayawan Cilegon yang siap untuk mengemas acara,” harapnya.

Sementara itu, Edi Ariadi dalam sambutannya sebelum membuka secara resmi CEC, justru mengatakan kegiatan ini untuk menjaga kearifan lokal. Dan adanya seni budaya daerah lain yang ditampilkan, karena menurutnya masyarakat Cilegon yang heterogen.

“Perlu dukungan dan keterlibatan semua pihak dalam event ini. Kontingen Wong Cilegon juga ikut berpartisipasi yang membuat CEC lebih semarak,” katanya.

Terlepas adanya kontroversi dalam gelaran CEC yang sudah 6 kali diselenggarakan, di tahun 2019 ini memang pihak Pemkot sendiri secara resmi dan terbuka belum menyampaikan kepada seluruh masyarakat Cilegon, berapa dana APBD Kota Cilegon yang digelontorkan dan berapa anggaran dari pihak sponsor.(*/Ilung)

Honda