FAKTA BANTEN – Permasalahan industri baja di Indonesia yang kini dihadapi adalah adanya oknum industri baja yang menjual produk baja dengan harga murah. Adapun caranya melalui ‘bermain’ terhadap label kandungan baja stainless steel tanpa diketahui oleh pihak bea cukai.
Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk Silmy Karim mengatakan akibat ulah oknum tersebut, harga yang didapat bisa lebih murah karena tak dikenakan tarif bea dan cukai. Padahal, harga baja itu sendiri memiliki acuan harga dunia.
“Kalau murah tapi engga fair caranya ya engga adil. ‘kan ada harga acuan dunia kenapa bisa murah. Karena ngaku baja stainless, dia masukkan satu unsur syarat stainless padahal cuma 0,0 sekian persen,” ujarnya saat ditemui di kantor SKK Migas, Jakarta, Jumat (9/11/2018).
Ia menerangkan, permainan oknum tersebut bisa membuat harga baja menjadi lebih murah sekitar 20-30 persen. Padahal, harga baja produksi lokal dan impor tidak ada perbedaan karena memakai standar harga baja dunia.
“Kalau masih produksi dari Jepang dan Korea bisa bersaing, karena tidak ada yang melakukan pengalihan HS number untuk mendapatkan manfaat-manfaat yang harusnya mereka tidak dapat,” paparnya.
Maka dari itu, ia berharap dengan adanya kerja sama industri dengan pemerintah, industri baja Tanah Air bisa bersaing secara adil. Dengan begitu, industri baja lokal pun akan terus bertumbuh dan berlanjut ke depannya.
“Bersaing secara fair. Buat industri baja bisa fair. Baja itu mother of industry. Daya saing suatu negara, pertumbuhan yang sustain itu industri,” pungkasnya. (*/Akurat.co)
[socialpoll id=”2521136″]