KH. Abdul Latif, Pendiri Madrasah Al Jauharotun Naqiyyah Cibeber Cilegon

CILEGON – KH. Abdul Latif cibeber adalah ulama yang kharismatik, dihormati dan disegani disemua kalangan. Beliau adalah ulama yang telah memberikan kontribusi yang sangat banyak atas pendidikan dan pemerintahan yang ada di kota Cilegon.

KH. Abdul Latif lahir pada tahun 1878 M, ayahanda beliau bernama KH Muhammad Ali seorang ulama dan pejuang pada pemberontakan dan tragedi berdarah “Geger Cilegon”.

Sebuah peristiwa dimana kompeni-kompeni Belanda mengusik dan menghina para ulama dan agama islam didaerah cilegon. Pada tragedi itu kompeni-kompeni Belanda berbuat sangat kejam dari kekejamannya itu mereka dengan beraninya menghancurkan Menara Langgar Jombang Wetan, karena salah satu dari mereka yang bernama Goebel menganggap menara tersebut mengganggu ketenangan masyarakat karena kerasnya suara adzan yang dikumandangkan dari menara itu. Selain itu Geobel juga melarang tarhim, sholawat dan adzan dilakukan dengan suara keras. Akhirnya peristiwa ini memicu tindakan para santri dan kiyai untuk memberontak tindakan-tindakan para kompeni Belanda hingga pristiwa ini kini disebut dengan “Geger Cilegon”.

Pada tahun 1924 beliau mendirikan Madrasah yang diberinama Tarbiyatul Athfal. Pada mulanya madrasah ini hanya di gunakan untuk kalangan-kalangan terbatas seperti santri-santri dan masyarakat cibeber saja namun makin lama para santri baik dari daerah Banten sendri ataupun yang diluar daerah Banten antusias untuk menimba ilmu dimadrasah ini, dengan dorongan masyarakat dan melihat perkembangan dari banyaknya santri dari penjuru nusantara yang menuntut ilmu di Madrasah Tarbiyatul Athfal dan berkat solideritas masyarakat cibeber yang mengumpulkan donasi untuk membangun dan membesarkan Madrasah ini akhirnya nama Madrasah Tarbiyatul Athfal diubah menjadi Madrasah Al-Jauharotunaqiyah Cibeber-Cilegon yang sampai sekarang masih eksis dan memliki cabang ratusan lebih yang tersebar di Nusantara.

Selain mendirikan Madrasah beliau juga telah mendirikan Sebuah pesantren yang diberi nama Pesantren Bani Lathif yang mana santrinya kini sudah mencapai angka ribuan.

Kartini dprd serang

Beliau adalah salah satu Pendiri dan penggerak Nahdlatul Ulama di Banten, beliau juga yang menulis sebuah kitab Naskah Khotbah untuk di gunakan ketika beribadah sholat jum,at dan hari raya, yang sampai hari ini kitab tersebut di gunakan hampir di seluruh Masjid di Provinsi Banten.

KH. Abdul Latif adalah kader NU yang sangat tulen dan terkenal dengan sifat keramahan, rendah hati dan ketawadhuannya. Bersykurlah kita sebagai warga Nahdliyah memiliki ulama-ulama NU yang faham betul dengan ka’idah-ka’idah khutbah sampai akhirnya Jika kiyai-kiyai NU mengisi khutbah, tidak berlawanan dengan kaidah-kaidah syari,at, tidak pernah berbicara urusan duniawi apalagi urusan politisi, dengan hadirnya ulama-ulama NU ini memberikan pengaruh yang luar biasa tentang bagaimana ka’idah-ka’idah khutbah yang tidak akan mudah menyalahkan berbagai macam masalah dan polemik. KH. Abdul Latif adalah sosok sederhana, penuh kreatifitas dan sangat bersahabat dengan masyarakat.

Beliau sempat diangkat pejabat oleh Pemerintahan Belanda namun beliau tidak mau bertahan lama, karena beliau lebih memilih membina masyarakat daripada berbaur dengan pejabat. Cara beliau menolak tidak secara terang-terangan menolak beliau tetap menggunakan kerendahan hati dan kelemah lembutannya.

KH. Abdul Latif bukan hanya menuntut ilmu pada ulama-ulama Cibeber saja namun beliau juga menuntut ilmu pada ulama-ulama besar Banten dan Madura. Seperti KH. Tubagus Muhammad Asnawi Caringin Banten, yang mana Ki Asnawai Caringin adalah murid dari Syeh Nawawi Al-Bantani, Kiyai Abdul Karim Tanara, Kiyai Abdul Kholil Bangkalan Madura dan masih banyak lagi kiyai-kiyai yang beliau jadikan guru dan tempat beliau menimba ilmu.

KH. Abdul Latif jugalah yang telah berjasa atas pendidikan terhadap wanita di wilayah cilegon, karena pada waktu itu masyarakat umum khususnya masyarakat Cibeber masih beranggapan wanita itu tak perlu berpendidikan, beliau mengajarkan pendidikan agama kepada kaum Hawa. Dalam syiarnya ini beliaulah yang mengawali pengajian-pengajian kaum hawa di majlis taklim dan mushola-mushola yang ada di Cilegon. (*/AisBanten)

Polda