CILEGON – Sempat diintervensi pemerintah untuk digabungkan dalam holding BUMN Kepelabuhanan dengan diakuisisi oleh PT Pelindo II, anak perusahaan dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dibidang usaha kepelabuhanan yakni PT Krakatau Bandar Samudera (KBS) hingga kini tetap menolak keras.
PT KBS sebagai operator Cigading Port ini lebih memilih rencana menjual sebagian sahamnya ke publik melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana.
Menurut Direktur Utama PT KBS, Tonno Sapoetro, kemungkinan IPO akan melepas 30% saham. Sedangkan untuk nilainya masih dalam tahap penghitungan oleh pemegang saham.
“Oktober ini pra-IPO diperkirakan selesai, setelah itu kita daftarkan di BAPEPAM, dan pelaksanaan secepatnya,” ungkap Tonno Sapoetro, Kamis (19/10/2017).
Tonno menegaskan saat ini kondisi keuangan PT KBS dalam kondisi baik. Dimana total aset perusahaan mencapai Rp3 triliun lebih, dengan pendapatan hampir mencapai Rp1 triliun per tahun, dengan profit hampir mencapai Rp200 miliar per tahun.
Saat ini KBS mengelola tujuh dermaga dan 17 slot tempat sandar kapal yang berada di atas lahan seluas 98 hektare.
Tonno juga menegaskan bahwa Pelabuhan yang dikelola KBS, merupakan bagian dari core business industri baja Krakatau Steel.
“Pelabuhan itu bagian dari steelmaking. Pabrik baja butuh pelabuhan, karena berkaitan dengan cost logistic. Kelancaran pasokan row material (bahan baku) ini menentukan masuk Harga Pokok Produksi (HPP) baja,” jelas Tonno.
KBS sendiri kini berstatus Pelabuhan Umum, dan sejak November 2016 telah ditunjuk oleh Kementerian Perhubungan untuk mengelola Terminal Cigading melalui penandatangan perjanjian konsesi untuk pelayanan jasa kepelabuhan, dengan durasi selama 75 tahun.
“Kita (KBS-red) selain TUKS (terminal untuk kepentingan sendiri), juga sudah punya izin BUP untuk pelabuhan umum,” tegas Tonno. (*/Red)