CILEGON – Marhaban Ya Ramadhan! Tidak terasa malam Sabtu ini (26/5/2017), kita sudah memasuki tanggal 1 Ramadhan 1438 Hijriyah karena pergantian hari/tanggal pada penanggalan Hijriyah dihitung pada waktu Maghrib.
Tentunya kita sudah mengetahui bahwa di dalam bulan Ramadhan, ummat Islam diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh.
Didalam berpuasa di bulan Ramadhan, ummat Islam sangat dianjurkan untuk melakukan tadarus Al-Qur’an, dan tadarus Qur’an sudah menjadi tradisi bagi ummat Islam. Bahkan di Banten khususnya di Cilegon dan Serang seakan sudah menjadi tradisi yang khas pada setiap malam bulan suci Ramadhan.
Tadarus Al-Qur’an memang bisa dilakukan sewaktu-waktu, boleh pagi hari, siang, sore maupun malam. Namun khusus pada waktu malam, di Cilegon dan Serang yang memiliki tradisi tersendiri dalam tadarus Al-Qur’an di setiap bulan Ramadhan, yang dalam istilah lokalnya disebut ‘Mikran’.
Belum diketahui secara pasti arti dari kata Mikran, namun bila dilihat bentuk pelaksanaannya, kemungkinan Mic atau Microphone untuk baca Qur’an. Dan memang tadarus Al-Qur’an ini dilakukan di Masjid atau Mushola dengan pengeras suara Mic, yang suaranya bisa berkumandang dari speaker hingga terdengar ke seantero kampung.
Mikran ini biasanya dilakukan beberapa saat setelah pelaksanaan Shalat Tarawih, dan dilakukan sampai tengah malam bahkan di Perkampungan tua tradisi Mikran ini bisa dikumandangkan sampai pagi jelang subuh atau waktu Tarhim.
Ritual Mikran ini lazimnya dilakukan masyarakat kampung setempat secara bergantian oleh laki-laki yang biasanya sudah fasih bacaan tartil Qur’an nya. Dalam satu bulan penuh Ramadhan, biasanya Mikran atau tadarus ini bisa mengkhatamkan Al-Qur’an sampai beberapa kali.
Dan sampai sekarang di awal Bulan Suci ini, sebagaimana mulai terdengar dari Masjid-Masjid atau Langgar, pelaksanaannya seakan sudah menjadi tradisi yang kuat sekali di Cilegon dan Serang.
Seperti dalam pantauan Fakta Banten di Masjid Al-Furqon di Kampung Palas, Kelurahan Bendungan, Cilegon di malam pertama bulan Ramadhan (26/5/2017) ini. Terpantau di dalam Masjid beberapa remaja setempat sedang mengantri untuk mendapat giliran Mikran.
Saat ditemui, Ustadz Rosihin, selaku DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Al-Furqon ini menjelaskan kata Mikran ini.
“Itumah singkatan, Mic dan Qur’an, jadi jelasnya baca Al-Qur’an dengan Mic. Dengan Mikran ini orang yang mendengarkan dan ikut menghayati bisa ikut dapat pahala,” jelasnya.
Saat ditanya berapa kali biasanya khatam Qur’an dalam Ramadhan sebulan penuh, Ustadz Rosihin mengatakan bisa beberapa kali khataman Qur’an, yang kemudian disauti Basir yang baru selesai Mikran.
“Bisa empat kali, kadang mah tiga kali, kang,” ungkap Basir.
Ustadz yang juga sebagai Kepala Madrasah Dinniyah Al-Jauharotunnaqiyah, ini juga memaparkan tradisi Ramadhan masyarakat Palas lainnya dan agenda yang dilaksanakan di DKM Al-Furqon.
“Tradisi Ramadhan disini ada Riungan kirim Do’a sore tadi, Taqobalan setelah taraweh, Dulail, riungan menjelang buka, Ngeriung Qunut. Kalau agendanya Kultum, Pekan Ramadhan dan Nuzulul Qur’an dengan mengundang Kyai,” tutur Ustadz Rosihin.
Diakhir wawancara, Ustadz ini berharap tradisi Mikran dan tradisi lainnya selama Ramadhan ini agar terus dijaga kelestariannya.
“Sudah ada tradisi yang hilang disini, yaitu Ngeriung Likuran (Di Hari ke 21 Ramadhan), maka
Kami berharap tradisi Mikran disini mah terus dilaksanakan sampai kapan pun, dan sekarang kami coba membuat formulasi untuk memotivasi dan mensupport warga khususnya para remaja. Karena di beberapa Masjid sana-sana mah, mungkin sudah ada yang membatasi waktunya, dan Kami upayakan disinimah mudah-mudahan tidak begitu,” pungkasnya.
Semoga dengan Mikran yakni tadarus Qur’an yang di kumandangkan dengan pengeras suara Masjid/Mushola ini, bisa menambah atau menjadi tolak ukur keimanan kita ummat Islam, sebagaimana dikutip dalam Firman Allah ini:
ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺇِﺫَﺍ ﺫُﻛِﺮَ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻭَﺟِﻠَﺖْ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ﻭَﺇِﺫَﺍ ﺗُﻠِﻴَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺁﻳَﺎﺗُﻪُ ﺯَﺍﺩَﺗْﻬُﻢْ ﺇِﻳﻤَﺎﻧًﺎ ﻭَﻋَﻠَﻰٰ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﻳَﺘَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut Allah kepadanya, tergetar hatinya, dan jika dilantunkan ayat-ayatNya maka bertambahlah imannya” (Al-Anfal: 2).
Dengan satu ayat-Nya saja, bisa menambah iman seseorang, apalagi keseluruhan ayat-ayat Qur`an, senantiasa dikumandangkan di lingkungan masyarakat. (*)