Penguasaan Beubasan Harus Diikuti Penanaman Budi Pekerti dan Nilai Luhur Budaya Daerah
CILEGON – Para peserta Pelatihan Penulisan Drama Radio Berbahasa Jawa Banten mengaku mendapatkan wawasan baru mengenai bahasa daerah dan menikmati kegiatan yang sudah diadakan selama tiga hari dari Selasa hingga Kamis (23-25/1/2018) di SMK BCA Cilegon.
Seperti yang diungkapkan salah satu pelajar asal SMK Negeri 2 Cilegon, Karen Erlangga.
“Alhamdulillah lewat kegiatan ini, saya jadi lebih mengenal Beubasan itu sendiri. Saya jadi lebih tahu dan paham dan semakin cinta terhadap bahasa daerah karena bisa menjadi sebuah kekayaan budaya yang dimiliki,” ucap Karen.
Mempelajari bahasa daerah sangat penting agar ke depan generasi muda tidak kehilangan identitas.
“Terutama saat berkunjung ke tempat yang lain dan dengan begitu kita bisa mengenalkannya ke masyarakat luas,” ujar Karen.
Sementara itu, Ahdi Zukhruf Amri, salah satu pemateri dalam kegiatan tersebut mengatakan, bahasa daerah berfungsi sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah tempat tinggalnya, bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan keterampilan kepada peserta khususnya generasi muda.
“Dengan kegiatan ini, peserta diharapkan bisa lebih mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya, yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya,” jelas Akhdi.
Penguasaan bahasa juga dijelaskan Akhdi, bukan hanya sekedar alat komunikasi, tetapi juga penanaman nilai-nilai dari budaya luhur suatu daerah.
“Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional,” ujar pria yang merupakan salah satu pendiri Komunitas Teater Wonk Kite (KTWK) Cilegon.
Ahdi melanjutkan, jika berbicara tentang bentuk puisi dari daerah, maka pada umumnya sesuai karakteristik kedaerahan di Banten, bentuk-bentuk tersebut disampaikan secara tuturan lisan dan penuturannya disampaikan melalui bahasa daerah Jawa dan Sunda.
“Dengan penuturan lisan itu maka pada umumnya bersifat anonim. Dari uraian tersebut, kita dapat memetik suatu isyarat bahwa bahasa daerah hendaknya sudah dikenalkan pada anak-anak sejak dini. Pengenalan bahasa semenjak dini dikondisikan sedemikian rupa agar memiliki daya tarik, sehingga ada ketertarikan kita untuk belajar mengeksplorasi pengalaman sendiri dalam menggunakan bahasa sebagai media perantara pesan yang efektif,” terangnya. (*/Asep-Tolet)