CILEGON – Dianugerahi dengan pendapatan asli daerah (PAD) yang cukup besar mencapai Rp 1,9 Triliun di tahun 2018, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, tidak seharusnya problematika kesehatan di Kota Cilegon tetap terjadi.
Masalah kesehatan seharusnya sudah tidak menjadi masalah di kota baja ini, namun ternyata sumber dana yang besar tidak selalu membuat semua serba ada, terkait masalah kesehatan ini ternyata di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cilegon hingga saat ini masih kekurangan tenaga medis terutama dokter spesialis.
Dirut RSUD Cilegon dr Zainoel Arifin tidak membantah soal kekurangan dokter spesialis tersebut.
“Memang kami kekurangan dokter spesialis, walaupun saat ini jumlah dokter mencapai puluhan, akan tetapi khusus yang spesialis masih minim,” tuturnya, Jumat (30/12/2017).
Beberapa dokter spesialis yang dibutuhkan di RSUD Cilegon adalah spesialis bedah syaraf, ahli forensik dan beberapa dokter spesialis lainnya.
“Di kami belum ada, kalau peralatan sudah memadai. Selain itu dokter ahli forensic, karena untuk melakukan visum terhadap mayat, selama ini memang di serang,” ungkap Zainoel.
Namun terkait kekurangan dokter spesialis tersebut pihak RSUD telah mengambil langkah-langkah, diantaranya memberikan beasiswa kepada sejumlah dokter spesialis, sehingga ketika lulus bisa ditarik dan langsung praktek di RSUD Cilegon.
“Ada 8 dokter spesialis yang tengah sekolah dan dibiayai oleh Pemkot Cilegon, nanti setelah lulus maka bisa ditarik ke RSUD Cilegon. Kemudian masalah lainnya adalah minimnya minat para calon dokter dan masih terbatasnya sekolah kedokteran dengan jurusan spesialisasi. Bahkan sekolah dokter se-Indonesia dengan jurusan spesialisasi ada 4 orang siswanya, dan ini memang jelas membuat kekurangan tenaga kedokteran,” jelasnya.
Minimnya ketersediaan dokter spesialis di RSUD Cilegon juga menjadi keluhan masyarakat, salah satunya yang disampaikan warga Ketileng, Kota Cilegon, Haerul. Menurutnya permasalahan dokter spesialis ini ditangani dengan segera.
“Masa iya, dari tahun ke tahun selalu tidak ada penambahan, harusnya cepat tanggap mencari solusinya,” ungkapnya.
Menurutnya permasalahan kesehatan di Kota Cilegon sudah mulai kompleks, sebagai bagian pelayanan terhadap masyarakat, harusnya pemerintah bisa membuat masyarakat tenang dengan ketersediaan dokter spesialis yang memadai.
“Kalau saja ada dokter spesialis penyakit tertentu, mungkin kami tidak melalui birokrasi rujukan dan bisa langsung cepat ke daerah lain yang ada dokternya,” katanya.
Hal yang sama dikatakan oleh Anita asal Ciwandan, ia mengaku sempat miss komunikasi dengan pihak RSUD Cilegon, mengingat saudaranya butuh pertolongan dengan cepat.
“Saya yakin, yang dicari pasien untuk berobat adalah RSUD terlebih dahulu, karena milik pemerintah dengan alasan fasilitas pasti memadai, Akan tetapi ketika sampai di RSUD, dokter spesialisnya tidak ada,maka harus kembali ke rumah sakit swasta yang biayanya lumayan,” tuturnya.
Ia berharap, RSUD Cilegon segera memilki sejumlah dokter spesialis,sehingga pasien yang berobat pada pengobatan spesialisasi tertentu dapat ditangani dengan segera.
“Kalau milik pemerintah, ada biaya tersendiri dari APBD, kenapa tidak segera mencari atau menarik dokter spesialis biar lengkap dan pasien bisa diobati dengan segera,” ucapnya. (*/Asep-Tolet)