Dewan Banten Sebut Pendidikan Daring Cara Tuhan Untuk Menguji Orang Tua

SERANG – Sejak dihantam pandemi Covid-19, penyelenggaraan institusi pendidikan dilakukan secara daring atau dalam jaringan (online). Langkah demikian diambil untuk mengantisipasi penyebaran wabah Covid-19 agar tak lagi meluas.

Sekretaris Komisi V DPRD Banten, Fitron Nur Ikhsan menyebut, hampir semua pemerintah, baik di dunia maupun di Indonesia tak ada yang bisa mengatasi pandemi Covid-19 dengan cepat.

Sehingga kata dia, dunia pendidikan terdampak akibat meluasnya pandemi. Dibuktikan dengan proses pendidikan yang mengharuskan peserta didik sekolah di rumahnya sendiri, dengan skema daring.

“Menjadi ujian bagi sebuah pendidikan. Pendidikan pola daring mengembalikan sekolah ke rumah,” ujarnya saat kegiatan pojok aspirasi antara Dewan dan Pokja Wartawan Harian dan Elektronik Provinsi Banten di Kota Serang, Senin (3/6/2021).

Pendidikan daring sendiri bagi Politisi Golkar itu merupakan lepas tangan guru kepada orang tua dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM). Sehingga orang tua kini lebih banyak menghabiskan waktu bersama anaknya.

“Mungkin tuhan menguji orang tua untuk dekat dengan anaknya,” katanya

Selain itu, skema pendidikan daring yang dihadirkan saat ini kata Fitron kerap kali menimbulkan banyak masukan atau kritikan dari masyarakat. Sebab itu, banyak yang menjadi pengamat dadakan.

Pijat Refleksi

“Dan pemerintah tidak boleh mengabaikan pola kritik dari masyarakat, meskipun mereka bukan pengamat pendidikan,” katanya.

Pihaknya berharap agar sebelum pembelajaran tatap muka secara terbatas pada tahun ajaran baru yang rencananya dimulai Juli 2021 mendatang, agar segala sesuatunya dipersiapkan terlebih dahulu.

“Mulai blueprintnya secara jelas, agar tidak terjadi kluster-kluster baru di sekolah, setelah pembelajaran tatap muka secara terbatas dibuka,” terangnya.

Pemerintah juga diminta untuk mempethatikan segala aspek dan berbagai kemungkinannya agar guru dan murid terhindar dari wabah virus Covid-19.

“Buat regulainya secara utuh. Mulai merumuskan aspek lingkungan, aspek KBM semua harus diperhatikan agar tidak terjadi cluster baru,” tegas Fitron.

Selanjutnya masih kata Fitron, ketika semua dirasa cukup dan memenuhi standar, barulah proses kegiatan pembelajaran tatap muka secara terbatas ini bisa diuji coba.

Menurutnya, ditengah berbagai kondisi dan kendala yang terjadi saat ini, masyarakat dan pelajar kita tetap harus bangkit dan melawan, dan tentunya tetap dengan mematuhi protokol kesehatan. (*/Faqih)

WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien