Eksistensi Museum Sebagai Upaya Melestarikan Sejarah dan Kebudayaan Daerah

 

SERANG – Museum versi ICOM merupakan sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, dengan sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.

Menjawab eksistensi museum saat ini, Dra Maeva Salmah dari Museum Basuki Abdullah memaparkan banyak hal saat Seminar Museum bagian 3 yang digelar Museum Negeri Banten.

Dr Maeva mula-mula menjelaskan tentang pembagian museum umum dan khusus misal museum uang atau menginformasikan satu hal.

Dalam rangka eksistensi museum sebagai pelestari kebudayaan daerah kata dia, dapat mengadakan program edukatif kultural. Seperti pameran tetap yang merupakan kegiatan utama di museum.

Kegiatan edukatif untuk meningkatkan apresiasi dan daya tarik museum di antaranya belajar bersama di museum, lomba edukatif kultural, museum keliling, dan pameran temporer.

Saat masa pandemi, eksistensi museum diuji. Hampir semua fungsi dan kegiatan museum lumpuh kecuali fungsi atau kegiatan yang bersifat esensial. Pelestarian tetap berjalan seperti biasa bahkan semakin ditingkatkan dengan protokol kesehatan.

Pada masa pandemi, para pengelola museum melakukan pelayanan dalam bentuk layanan jarak jauh melalui virtual atau digital seperti virtual tour museum, pemanduan virtual, pameran daring, lomba secara daring, dan webinar yang membahas berbagai topik tentang permuseuman, promosi dan kegiatan melalui website dan media sosial yang dimiliki.

Saat pasca pandemi, karena museum sudah buka, pelayanan bisa dilakukan secara hybrid yakni luring dan daring.

Hasil produksi digital dan virtual saat pandemi berpotensi dilanjutkan secara hybrid.

“Museum tidak hanya sebagai tempat pelestarian budaya dan pendidikan tetapi juga berperan sebagai tempat wisata untuk menambah Penghasilan Asli Daerah (PAD),” kata dia seperti dikutip di Kanal Youtube Museum Negeri Banten, pada Kamis, 4 Agustus 2022.

Kunjungan ke museum terkait pengelolaan museum yang memerhatikan aspek kebutuhan pengunjung, khususnya generasi milenial yang merupakan pasar potensial untuk memadati museum.

Perkembangan teknologi dan penetrasi internet mengubah kebiasaan sehari-hari termasuk mengubah perilaku wisatawan dalam mencari, menjelajah, memesan, dan berwisata. Tampilan teknologi yang interaktif telah menjadi bagian kebutuhan masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi.

Bondan Kanumayasa dari Universitas Indonesia yang menjadi pembicara selanjutnya membahas sejarah, budaya, dan museum.

Menurutnya, museum adalah salah satu ruang publik yang dapat dijadikan pembelajaran bagi masyarakat tentang sejarah dan budaya.

Berbeda dengan media pembelajaran berupa buku dan televisi atau perangkat digital, museum memiliki kelebihan karena menyampaikan pengetahuan dan pengalaman melalui koleksi, narasi, dan tata pamer yang membentuk atmosfer tertentu.

Kata dia, museum menjadi tempat pembelajaran sejarah dan budaya yang efektif karena koleksi dan narasi yang dibangun oleh museum saat menimbulkan kesan mendalam bagi pengunjungnya.

Museum juga dapat menjadi ruang untuk merefleksikan memori kolektif masyarakat tentang sejarah dan budaya yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Untuk museum daerah, berbeda dengan museum di tingkat nasional lebih banyak menyoroti berbagai aspek yang terkait dengan perkembangan sejarah dan budaya di suatu daerah atau lokalitas tertentu.

Museum daerah mengkhususkan diri untuk mengumpulkan, mencatat, merawat, meneliti, memamerkan, dan mengomunikasikan serta menerbitkan benda-benda marerial hasil budaya masyarakat daerah tersebut guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya daerah itu.

“Museum daerah dibangun untuk menguatkan nilai-nilai dan identitas lokal yang dapat menjadi rujukan bagi masyarakat yang tinggal di suatu lokalitas,” kata Bondan. (*/Faqih)

Honda