Mulyadi Jayabaya, Dulu Jualan Ikan Asin Kini Jabat Waketum Kadin Indonesia

TANGERANG – Hidup sukses merupakan dambaan semua orang. Berbagai cara dilakukan agar bisa menjadi orang sukses. Suksesnya seseorang dapat ditentukan seberapa gigihnya dia berjuang untuk mengatasi persoalan.

Namun bukan berarti semuanya dilakukan dengan instan, melainkan dengan melalui proses-proses yang cukup panjang. Seperti kesuksesan yang diraih Mulyadi Jayabaya atau JB panggilan akrabnya. JB kini menjadi bos besar bukan karena tanpa perjuangan.

Melainkan banyak ujian yang dilaluinya hingga menjadi sosok yang dihormati dan disegani. Terutama masyarakat Lebak, sebagai daerah yang pernah dipimpinnya ketika menjadi Bupati dua priode lamanya.

JB bercerita, bahwa sebelum menjadi bos besar saat ini, yang memiliki banyak kekayaan dan aset, dia pernah menjadi seorang kenek, supir mobil hingga pernah berjualan ikan asin.

“Dari supir, kenek mobil, dan pedagang ikan asin,” kata JB saat bercerita dihadapan tamu undangan kegiatan Muprov VI Kadin Banten, Tangerang, Senin, (22/11/2021).

JB yang kini menjadi Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia itu melanjutkan, untuk berjualan ikan asin pada saat itu, dia harus memikulnya terlebih dahulu, mulai dari Tarogong Labuan hingga Panimbang.

Kartini dprd serang

“Saya pikul ikan asin sepanjang 26 Kilometer. Jalan kaki datang sore sampai datang tempat saya,” ucapnya.

Ketua Kadin Banten periode 2015-2020 ini menyadari sejak kecil mempunyai keyakinan bahwa proses tak pernah menghianati hasil.

“Tapi saya waktu kecil saya punya keyakinan, kenapa orang lain bisa, saya enggak bisa?,” ujarnya.

Berkat kerja keras dan usaha maksimal, serta dibarengi dengan kemauan, akhirnya JB kini sukses menjadi bos besar dan pengusaha sukses, hingga dipercaya mendampingi Ketum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid.

“Berkat kegigihan saya, berkat keinginan saya, Alhamdulillah saya menjadi pedagang, pengusaha Alhamdulillah,” ungkap dia, seraya menyebutkan bahwa hal itulah kunci suksesnya.

Selain itu, kunci suksesnya adalah bersedekah, baik kepada yatim piatu maupun kepada janda-janda tua. (*/Faqih)

Polda