CILEGON – Tekanan inflasi Provinsi Banten diperkirakan masih berlanjut pada awal tahun ini. Inflasi diprediksi berada di kisaran 0,8%-1%.
Prediksi tersebut didasarkan atas kebijakan pemerintah yang memacu kenaikan harga barang dan jasa, serta musim hujan yang berkepanjangan.
“Proyeksi inflasi untuk Januari 2017 agak tinggi karena adanya kenaikan harga listrik, biaya STNK, dan harga cabai akibat masih tingginya intensitas curah hujan di Banten,” kata Manajer Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Banten Jenidar Oseva, Senin (30/1).
Jika dirinci, tren inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) pada tiga bulan terakhir yakni Oktober (0,08%) November (0,52), dan Desember 2016 (0,6%) menunjukkan tren kenaikan.
Hal tersebut juga sejalan dengan laporan BI Banten yang memproyeksikan inflasi pada kuartal I/2017 di kisaran 3,1%-3,4% atau naik dibandingkan inflasi pada kuartal sebelumnya.
Selain pengaruh komponen volatile foods dan administered price, tekanan inflasi juga dipengaruhi oleh gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banten sehingga berpeluang memacu konsumsi masyarakat.
Tekanan kenaikan harga yang semakin tinggi juga berpeluang memacu inflasi 2017 berkisar di angka 4,5%-4,8%, atau naik dibandingkan inflasi tahun lalu yakni 2,94%.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Jaih Ibrohim, Kepala Bidang Statistik dan Distribusi BPS Banten bahwa prospeksi inflasi Banten pada awal tahun ini masih cukup tinggi.
Masih tingginya intensitas curah hujan di Banten yang diikuti dengan kenaikan harga cabe rawit, kemudian penghapusan subsidi listrik, serta kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) berpeluang mengerek naik prospek inflasi pada tiga bulan di awal tahun ini.
“Bobot BBM dalam penghitungan inflasi cukup dominan, belum lagi kenaikan listrik dan rokok. Yang pasti, komponen-komponen diatas menempati sepuluh besar penyumbang inflasi di Banten,” tuturnya. (*)