Ada Apa? Tujuh Negara Arab Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Qatar
FAKTA BANTEN – Yaman dan Maladewa mengikuti jejak Arab Saudi, Mesir, Bahrain, Libia, dan Uni Emirat Arab memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar, yang dituding melakukan langkah yang mengganggu keamanan kawasan Teluk.
Mereka menuding Qatar mendukung kelompok-kelompok militan aeperti yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) dan Al Qaida, tuduhan yang disangkal Qatar.
Kantor berita Saudi, SPA, menyebutkan bahwa Riyadh telah menutup perbatasannya dan memutus seluruh kontak darat, laut dan udara dengan negara di Semenanjung Arab itu.
Qatar menyebut keputusan itu ‘tak bisa dibenarkan’ dan ‘tidak didasarkan pada fakta-fakta’.
Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dipandang sebagai perpecahan serius antara negara-negara kuat di Teluk, yang juga merupakan sekutu-sekutu dekat AS.
Belakangan, terjadi peningkatan ketegangan antara negara-negara Teluk dan negara tetangga mereka, Iran. Saudi menuduh Qatar bekerja sama dengan milisi yang didukung Iran.
Apa yang telah terjadi?
Pemutusan hubungan diplomatik dilakukan oleh Bahrain kemudian Arab Saudi pada Senin pagi (5/6/2017). Sekutu mereka segera menyusul.
Kantor berita SPA mengutip pejabat yang mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil untuk “melindungi keamanan nasional dari bahaya terorisme dan ekstremisme”.
Tiga negara Teluk (Bahrain, UEA, Saudi) memberikan waktu dua pekan bagi semua warga negara Qatar yang berada di negara-negara itu untuk meninggalkan wilayah mereka.
Dalam perkembangan terakhir:
- UEA memberi waktu 48 jam kepada para diplomat Qatar untuk meninggalkan negara itu. Abu Dhabi menuduh Qatar ‘mendukung, mendanai, dan merangkul terorisme, ekstremisme dan organisasi sektarian’, kata kantor berita negara itu, WAM
- Maskapai penerbangan UEA Etihad Airways, Emirates dan Flydubai mengatakan mereka akan menghentikan semua penerbangan ke dan dari ibu kota Qatar, Doha mulai Selasa (06/06)
Tiga negara Teluk mengatakan mereka menutup wilayah udara mereka dari Qatar Airways - Kantor berita pemerintah Bahrain mengatakan mereka memutus hubungan diplomatik karena Qatar ‘mengganggu keamanan dan stabilitas negeri itu dan ikut campur dalam urusan dalam negeri Bahrain’
- Menurut SPA, koalisi militer negara-negara Arab yang dipimpin Saudi yang memerangi pemberontak Yaman di Houthi juga mengusir Qatar dari aliansi itu karena ‘praktik-praktik Qatar yang memperkuat terorisme’ dan dukungan Qatar terhadap kelompok-kelompok ekstremis “seperti al-Qaida dan Daesh (ISIS) serta berhubungan dengan milisi pemberontak’
Bagaimana konteksnya?
Pemutusan hubungan dengan Qatar memang berlangsung tiba-tiba, namun tidak terjadi begitu saja karena ketegangan telah berkembang selama bertahun-tahun, dan terutama dalam beberapa pekan terakhir.
Dua pekan yang lalu, negara-negara itu memblokir situs berita Qatar, termasuk Al Jazeera.
Media pemerintah Qatar memuat pernyataan kontroversial yang disebut dikemukakan oleh Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani yang mengkritik Arab Saudi.
Pemerintah di Doha menyebut bahwa itu pernyataan palsu, dan menudingnya sebagai perbuatan suatu ‘kejahatan siber yang tercela’.
Sebelumnya, pada tahun 2014, Arab Saudi, Bahrain dan UEA menarik duta besar mereka dari Qatar selama beberapa bulan sebagai protes atas tudingan campur tangan dalam urusan dalam negeri mereka.
Qatar mengatakan bahwa kantor berita mereka telah diretas.
Secara lebih luas, ada dua faktor kunci yang mendorong keputusan itu: hubungan Qatar dengan kelompok-kelompok Islam radikal, dan peran Iran, seteru Arab Saudi.
Kendati Qatar bergabung dengan koalisi AS melawan ISIS, para pemimpin Syiah Irak menuding bahwa mereka memberikan dukungan finansial kepada ISIS.
Namun, orang-orang kaya di Qatar diyakini memberikan sumbangan besar kepada ISIS, sementara pemerintah Qatar memberi bantuan uang dan senjata kepada kelompok Islam garis keras di Suriah.
Qatar juga dituduh memiliki hubungan dengan kelompok yang sebelumnya dikenal sebagai Front al Nusra, yang berafiliasi dengan al-Qaida.
Pernyataan SPA menuduh Qatar mendukung kelompok-kelompok ini, serta mendukung Ikhwanul Muslimin yang dilarang di berbagai negara Arab, dan bahwa Qatar terus menerus ‘mempromosikan pesan dan gagasan kelompok-kelompok ini melalui media mereka’.
Arab Saudi, sebuah negara Sunni, juga menuduh Qatar mendukung militan Syiah di Bahrain dan provinsi Qatif di Saudi timur. Qatar berulang kali menolak tudingan kaitan mereka dengan Iran.
Arab Saudi juga telah dituduh mendanai ISIS, secara langsung atau dengan tidak mencegah kiriman uang donor swasta ke kelompok tersebut, tuduhan yang dibantah Saudi.
Dalam beberapa hari terakhir, Perdana Menteri Inggris Theresa May mendapat tekanan dari partai pesaing untuk mempublikasikan sebuah laporan yang diduga berfokus pada pendanaan Saudi terhadap kelompok-kelompok ekstremis Inggris.
Apa reaksi yang muncul?
Qatar, yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia sepak bola pada 2022, mengecam pemutusan hubungan diplomatik ini melalui komentar yang disiarkan di Al Jazeera.
“Langkah-langkah itu tidak dapat dibenarkan dan didasarkan pada anggapan dan tuduhan yang tidak memiliki dasar,” lapor Al Jazeera mengutip kementerian luar negeri Qatar.
Dikatakan keputusan tersebut ‘tidak akan mempengaruhi kehidupan keseharian warga dan penduduk’.
Image caption
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson, saat berbicara di Sydney, mendesak negara-negara tersebut untuk menyelesaikan perbedaan mereka melalui dialog.
“Saya berharap bahwa hal ini tidak akan memiliki dampak besar, kalau saja ada dampaknya, pada perjuangan bersama melawan terorisme di wilayah ini atau di seluruh dunia,” tambahnya.
Salah satu dampak yang bisa terasa langsung adalah ihwal stabilitas pangan: setiap hari, ratusan truk melintasi perbatasan Saudi-Qatar, dan pangan adalah salah satu muatannya yang paling utama.
Diperkirakan, sekitar 40% pangan Qatar dipasok melalui jalur ini. (*)
Sumber: bbc.com