Loading...

Kabupaten Lebak 2025, Tantangan dan Harapan di Mata Akademisi

PT IRT & Anas HUT Cilegon

 

LEBAK – Kabupaten Lebak, sebagai salah satu daerah di Provinsi Banten, terus menghadapi berbagai tantangan di tahun 2025.

Dari persoalan infrastruktur, pendidikan, ekonomi, hingga lingkungan, berbagai isu masih menjadi perhatian utama.

Akademisi menilai bahwa untuk membawa Lebak ke arah yang lebih maju, diperlukan solusi konkret yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan.

Pembangunan infrastruktur di Lebak terus berjalan, terutama dengan adanya proyek strategis nasional seperti Jalan Tol Serang-Panimbang yang diharapkan dapat membuka akses ekonomi lebih luas.

Baznas RSUD HUT Cilegon

Namun, akademisi menilai bahwa masih banyak wilayah di Lebak yang belum merasakan dampak pembangunan secara merata.

“Pembangunan jalan tol memang membawa dampak positif bagi perekonomian, tetapi masih ada banyak desa yang infrastruktur dasarnya belum memadai. Jalan rusak, akses transportasi terbatas, serta minimnya fasilitas publik menjadi kendala bagi masyarakat di pedalaman,” kata Dr. Gunadi kepada Fakta Banten, Rabu (5/3/2025).

Sektor ekonomi di Kabupaten Lebak masih didominasi oleh pertanian dan perkebunan.

Namun, dengan berkembangnya kawasan industri dan pariwisata, ada peluang besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Tantangannya, menurut akademisi, adalah bagaimana memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi ini bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.

“Potensi wisata seperti Baduy dan Pantai Sawarna harus dioptimalkan, tetapi jangan sampai hanya menguntungkan segelintir orang. Masyarakat lokal harus diberi peran lebih besar dalam pengelolaan pariwisata,” ungkap pengamat ekonomi daerah, Nevi.

KTI dan KSI

Selain itu, harga komoditas pertanian yang fluktuatif masih menjadi keluhan utama petani.

Pemerintah daerah didorong untuk menciptakan kebijakan yang lebih berpihak kepada petani, seperti akses permodalan yang lebih mudah dan stabilisasi harga hasil pertanian.

Di bidang pendidikan, masih ada kesenjangan antara sekolah-sekolah di perkotaan dan pedesaan.

Kurangnya kesejahteraan pengajar, fasilitas yang terbatas, serta rendahnya minat melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi menjadi masalah klasik yang belum terselesaikan.

“Pendidikan di Lebak perlu mendapatkan perhatian lebih. Selain meningkatkan jumlah tenaga pengajar, perlu ada program beasiswa dan insentif bagi siswa berprestasi agar mereka termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi,” kata Dr. Agus seorang akademisi yang aktif dalam penelitian pendidikan di daerah Banten.

Kabupaten Lebak juga dikenal sebagai wilayah yang rawan bencana, terutama banjir dan longsor. Alih fungsi lahan dan penambangan liar menjadi faktor yang memperparah kondisi lingkungan.

Akademisi menekankan pentingnya kebijakan tata ruang yang lebih ketat serta program penghijauan untuk mengurangi risiko bencana.

“Bencana banjir dan longsor yang kerap terjadi menunjukkan bahwa ada masalah serius dalam pengelolaan lingkungan. Pemerintah harus lebih tegas dalam menindak aktivitas yang merusak alam, seperti penebangan liar dan pertambangan ilegal,” tegas Agus.

Para akademisi sepakat bahwa untuk mengatasi berbagai persoalan di Kabupaten Lebak, diperlukan sinergi antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat.

Kebijakan berbasis riset dan data yang akurat harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, sehingga solusi yang diterapkan dapat benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat.

“Tantangan di Lebak cukup kompleks, tetapi dengan kerja sama yang baik, daerah ini bisa berkembang lebih pesat. Kuncinya ada pada perencanaan yang matang dan eksekusi yang tepat,” tutup Dr. Syarif Hidayat.

Kabupaten Lebak memiliki potensi besar untuk maju. Dengan komitmen dari semua pihak, berbagai permasalahan yang ada bisa diatasi dan menjadikan Lebak sebagai daerah yang lebih sejahtera dan berdaya saing di masa depan. (*/Sahrul).

Sekda Dindik
WhatsApp us
WP-Backgrounds Lite by InoPlugs Web Design and Juwelier Schönmann 1010 Wien