Oleh: Badrul Munir, Dosen Neurologi FK Universitas Brawijaya Malang
FAKTA BANTEN – Penemuan makanan ikan kemasan kaleng yang terinfeksi cacing di beberapa daerah di Indonesia sangat mengagetkan dan meresahkan masyarakat. Hal ini karena makanan ikan laut merupakan makanan yang sangat bernilai gizi dan sudah menjadi makanan sehari-hari.
Selama ini, masyarakat sangat percaya kualitas makanan ikan kemasan kaleng yang beredar di pasaran tanpa sedikit pun menduga adanya infeksi cacing. Dan yang menjadi ironi sebagian besar ikan kemasan kaleng yang terinfeksi ini merupakan produk impor dari beberapa negara. Ini mengindikasikan betapa negara sangat lemah melindungi warganya dari potensi kerugian akibat praktik seperti ini.
Sebelumnya negeri kita begitu mudah “diserbu” oleh penyelundupan narkoba dalam hitungan kuintal sampai ton, masyarakat kemudian dikejutkan temuan kandungan babi di beberapa obat yang sudah lama beredar dan dikonsumsi masyarakat Muslim Indonesia.
Bahkan, sungguh ironi, merek obat yang mengandung babi tersebut sudah bertahun-tahun menjadi sponsor acara pengajian agama Islam di sebuah stasiun televisi swasta di Indonesia. Hal lain ditemukan kandungan zat kimia berbahaya di kosmetik yang berhasil dibongkar aparat keamanan terhadap beberapa merek kosmetik yang sudah lama digunakan oleh masyarakat kita.
Di satu sisi kita memberi apresiasi kepada BPOM yang berhasil mengungkap kasus ini, tapi di sisi lain kita sangat menyayangkan lemahnya pemerintah dalam memberi perlindungan awal sebelum kasus ini terjadi.
Dampak infeksi cacing
Penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing (nematoda) pada umumnya sudah sangat jarang terjadi di Indonesia. Ini berkenaan dengan semakin baiknya higine dan sanitasi, yang memutus rantai penularan pasasit ini kepada manusia. Walaupun, saat ini penyakit parasit akibat cacing ini masih kita temui di beberapa daerah terbelakang dan terpencil.
Dampak infeksi cacing terhadap tubuh sangat bervariasi, bergantung jenis cacing, lama menginfeksi, dan organ mana yang terinfeksi. Bila hanya hidup di usus maka dia hanya ikut menghisap makanan dan kemungkinan menyebabkan perdarahan kecil di dinding usus yang menyebabkan seseorang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi) dan kekurangan darah (anemia).
Namun, ada jenis cacing yang sangat berbahaya. Sebagai contoh cacing sistisirkosis yang bisa menginfeksi otak manusia dengan akibat yang sangat fatal, pasien akan mengalami sakit kepala kronis dan berat, muncul kejang, dan bisa muncul kelemahan anggota tubuh atau saraf di kepala. Bahkan cacing ini bisa menyebabkan sumbatan cairan otak (hidrosefalus) yang berpotensi kematian bila tidak mendapat penanganan yang adekuat.
Pada umumnya, cacing akan menginfeksi manusia melalui mekanisme makanan terinfeksi oleh kista cacing (oral fekal). Jika telur cacing masuk ke tubuh inangnya maka dia akan hidup dan berkembang di sana serta akan merugikan inangnya sebagai parasit. Beberapa inang yang sering ditempati cacing antara lain ikan, sapi, babi, dan manusia.
Langkah terbaik untuk penanganan infeksi cacing adalah memutus rantai penularan, optimalisasi higine dan sanitasi. Termasuk memastikan bahwa makanan yang kita makan terbebas dari potensi infeksi dengan cara memilih bahan makanan yang baik, memasak dengan benar untuk mematikan telur dan cacing.
Pengobatan farmakologis dengan menggunakan obat cacing pada umumnya memberikan hasil bagus. Namun, bila cacing tersebut sudah menginfeksi organ penting, seperti otak, maka akan muncul gejala sisa pascainfeski, seperti epilepsi dan gangguan saraf lainnya.
Kita belum tahu pasti jenis cacing yang ditemukan di dalam ikan kemasan kaleng tersebut, tapi menurut beberapa informasi salah satu jenis cacing yang bisa diidentifikasi adalah cacing anisakis, spesies ini tidak begitu fatal dampaknya bagi tubuh manusia. Hal ini berbeda dengan sistisirkosis. Namun, dengan adanya cacing di ikan kaleng menunjukkan indikasi produsen tidak melakukan standar manufaktur sesuai standar operational prosedur dengan baik.
Mengacu pembukaan UUD 1945 dengan tegas menyatakan negara wajib melindungi warga negara dan seluruh tumpah darah, maka dengan adanya kasus ikan terinfeksi cacing ini serta banyaknya penyelendupan narkoba, dan sejenisnya mengindikasikan kelalaian negara (pemerintah) menjalankan fungsinya.
Diperlukan sebuah aturan yang tegas dan pelaksanaan aturan yang konsisten untuk melindungi warga negara Indonesia sekaligus menunjukkan muruah bangsa kita sebagai bangsa yang besar, yang tidak mudah diinfiltrasi oleh kekuatan asing dalam rangka menjalankan agenda mereka. Jangan sampai kita menjadi sebuah negara tanpa perlindungan dan tanpa kehormatan dan pihak lain begitu mudah mengacak-acak kehidupan kita.
Semoga pemerintah segera melakukan upaya proaktif untuk melindungi warganya lebih dini dari kasus-kasus yang merendahkan muruah bangsa seperti ini, dalam rangka melaksanakan amanat UUD. (*/Republika.co.id)