JAKARTA – Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) kembali masuk ke bursa calon wakil presiden (cawapres) sebagai pendamping Joko Widodo (Jokowi) untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, menilai, jalan AHY ke panggung Pilpres 2019 tidak mudah.
Pendamping Jokowi, kata Adi, bergantung besar pada sikap politik Megawati Soekarnoputri. Adi menjelaskan, suka tidak suka, Megawati merupakan veto player atau bahkan satu-satunya yang menentukan cawapres dari Jokowi.
“Bisa dibilang, Jokowi adalah kader PDIP, petugas partai yang ketua umumnya adalah Megawati,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (6/5)
Sedangkan, untuk AHY dan Partai Demokrat, terdapat kendala psikologis yang cukup tebal. Hubungan antara Demokrat dan PDIP diketahui sudah mengeras sejak lama. Adi melihat, perang dingin dua partai besar ini belum selesai, termasuk dari segi hubungan ketua umumnya, yakni Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Adi menjelaskan, oleh karena itu, sekalipun elektabilitas AHY sekarang tinggi, belum tentu perjalanannya menuju pasangan Jokowi bisa lancar. “Semua bergantung ke sikap politik Megawati. Kalau hubungannya masih ‘keruh’ dengan SBY, peluang AHY untuk maju mendampingi Jokowi akan sulit,” ucap direktur eksekutif Parameter Politik Indonesia tersebut.
Batu sandungan lain yang turut dihadapi AHY adalah partai koalisi PDIP, di mana hampir semuanya menunjukkan resistensi, termasuk Hanura dan PKB. Hal ini disebabkan Demokrat dan AHY dipandang tidak pernah seiring seirama dengan partai koalisi lain, melainkan memilih jalur tengah atau jalur aman.
Sebelumnya, survei nasional Indikator Politik Indonesia (Indikator) menunjukan, AHY menduduki posisi teratas sebagai cawapres dari Jokowi di Pilpres 2019. Sebanyak 16,3 persen responden memilih AHY, melampaui nama Anies Baswedan yang dipilih 13 persen responden. Nama lain yang muncul adalah Gatot Nurmantyo dan Sri Mulyani. (*/Republika.co.id)